Jakarta, CNN Indonesia -- Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (
CDC) menemukan jumlah
vaksin yang diberikan ke anak-anak di Michigan menurun hingga 22 persen di tengah pandemi
virus corona. Laporan yang diterbitkan awal pekan ini menggunakan Michigan sebagai studi kasus, bukan berarti daerah ini lebih buruk dibanding capaian vaksin di lokasi lain.
Temuan tersebut misalnya, muncul sekitar dua pekan setelah laporan lain CDC menunjukkan vaksinasi anak-anak di seluruh Amerika Serikat turun drastis semenjak wabah
Covid-19.
Dalam laporan sebelumnya, CDC menyebut ada penurunan yang nyata dari jumlah vaksin yang dipesan melalui program federal yang hendak mengimunisasi setengah dari total anak-anak di Amerika Serikat. CDC saat itu memperingatkan, anak-anak yang tak divaksinasi atau tak lengkap mendapatkan vaksin akan berisiko terkena penyakit menular lainnya, selain virus corona.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laporan CDC itu mengamati sistem informasi vaksin Michigan awal bulan ini dan menemukan bahwa jumlah dosis vaksin non-flu yang diberikan ke anak-anak secara keseluruhan menurun hingga 22 persen. Sementara dosis vaksin pada anak di bawah dua tahun menurun 16 persen. Menurut penelitian, kurang dari separuh anak usia lima bulan mengetahui program vaksin pada Mei ini.
Anak-anak yang terdaftar di Medicaid--sebuah program untuk orang Amerika berpenghasilan rendah--memiliki tingkat vaksinasi yang lebih rendah. Di antara anak usia 7 bulan misalnya, hanya 35 persen yang terdaftar mendapatkan informasi soal vaksin. Sedangkan 55 persen anak tidak terdaftar dalam program ini.
"Penurunan yang diamati dalam cakupan vaksinasi ini dapat membuat anak-anak dan masyarakat rentan terhadap penyakit--yang sebetulnya bisa dicegah dengan pemberian vaksin--seperti campak," ungkap Cristi Bramer dan rekannya di Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Michigan Koalisi Aksi Imunisasi di Minnesota seperti dikutip dari
CNN.
 Foto: CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi Infografis Alur Pemeriksaan Tes Covid-19 |
Mereka mencatat, langkah-langkah yang bertujuan mencegah penyebaran virus corona diduga menyulitkan warga untuk mengakses layanan perawatan kesehatan. Beberapa jenis layanan memang dapat diganti dengan
telemedicine, tapi vaksin mengharuskan praktik langsung.
"Strategi untuk mempertahankan layanan imunisasi termasuk dengan menyediakan klinik, kamar atau bangunan khusus untuk kunjungan yang sakit dan yang sehat, menutup ruang tunggu atau area registrasi, meminta pasien
check in melalui telepon dan menerima vaksinasi dari kendaraan mereka di lokasi parkir," saran para peneliti.
(nma)