Tak Ada Grebeg Syawal, Keraton Yogya Bagikan 2.700 Rengginang

CNN Indonesia
Minggu, 24 Mei 2020 16:40 WIB
Warga berebut gunungan saat acara Grebeg Besar Keraton Yogyakarta di Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, Sabtu (2/9). Dalam tradisi yang menjadi rangkaian perayaan Iduladha itu Keraton Yogyakarta mengeluarkan sebanyak tujuh gunungan yang berisi hasil bumi sebagai simbol sedekah raja kepada rakyatnya sekaligus wujud rasa syukur kepada Tuhan. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/foc/17.
Kegiatan Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta tahun lalu. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
Jakarta, CNN Indonesia -- Karena masih pandemi virus corona (Covid-19), Keraton Yogyakarta tak menggelar tradisi tahunan Grebeg Syawal demi mencegah terjadinya kerumunan.

Meski demikian, pihak Keraton tetap membagikan ubarampe atau kelengkapan gunungan berupa 2.700 tangkai rengginang yang biasanya diarak dan diberi kepada warga saat kegiatan Hajad Dalem Grebeg Syawal pada hari pertama Idul Fitri.


Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat GKR Condrokirono mengatakan prosesi pembagian dan pemberangkatan ubarampe gunungan itu digelar pada pukul 08.30 WIB di Bangsal Srimanganti dengan dipimpin GKR Mangkubumi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hal ini merupakan usaha Keraton Yogyakarta dalam melestarikan tradisi di tengah pandemi," kata Condrokirono, Yogya, Minggu (24/5) seperti dilansir Antara.

Ia mengatakan pada hari pertama Idul Fitri tahun ini, kegiatan Hajad Dalem Grebeg Syawal yang biasanya ditandai dengan arak-arakan gunungan ditiadakan.

Termasuk juga prosesi Numplak Wajik yang sedianya digelar tiga hari sebelum Grebeg Syawal, Ngabekten, dan Ringgitan Bedhol Songsong juga tidak diselenggarakan.

Condrokirono mengatakan keputusan itu adalah salah satu upaya pencegahan terhadap risiko penyebaran Covid-19 yang dapat terjadi dalam kerumunan massa. Selain itu, kata dia, itu menjadi bentuk kepekaan Keraton Yogyakarta dalam menaati imbauan pemerintah pusat.

Condrokirono mengatakan prosesi pembagian ubarampe tetap bermakna sebagai ungkapan rasa syukur dan sedekah dari raja kepada kerabat dan rakyatnya.

Menurut dia, pelaksanaan grebeg pada zaman dahulu dilakukan dengan membagi-bagikan ubarampe gunungan, bukan dengan merayah atau merebut gunungan seperti yang dikenal saat ini.

"Dengan cara demikian, kerumunan massa akan terminimalisir dan prosesi justru berjalan seperti pelaksanaan grebeg zaman dulu," tambahnya.

Upacara inti pada pembagian ubarampe tersebut serupa dengan prosesi garebeg yang umum dilaksanakan. Sebelum dibagikan, ubarampe lebih dahulu dirangkai dan diinapkan satu malam di Bangsal Srimanganti sejak Sabtu, (23/5).

Seusai didoakan Abdi Dalem Kaji, ubarampe gunungan yang terdiri atas 2.700 tangkai rengginang selanjutnya didistribusikan kepada Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, Kepatihan, dan Puro Pakualaman.

Ubarampe tersebut berjumlah sama dengan banyaknya rengginang yang disiapkan dalam gunungan estri dan gunungan dharat pada saat upacara Grebeg sebagai mana mestinya.

"Untuk distribusi rengginang ke seluruh abdi dalem diberikan melalui penghageng setiap Tepas/Kawedanan supaya tidak menimbulkan kerumunan. Baik penghageng dan abdi dalem yang menerima ubarampe gunungan juga wajib menggunakan masker dan mematuhi standar protokol kesehatan dengan mencuci tangan dan menjaga jarak," kata dia.

Selain menjadi tradisi tahunan, Grebeg Syawal juga menjadi salah satu obyek wisata budaya yang kerap menarik mata para pemburu momen lewat lensa kamera.

(antara/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER