Asma merupakan salah satu penyakit yang paling umum diderita anak-anak di seluruh dunia. Sayangnya, belum ada obat untuk menyembuhkan asma pada anak.
Meski demikian, asma bisa saja sembuh sendiri seiring ia tumbuh besar atau sebaliknya, gejalanya berlanjut hingga dewasa.
Namun dengan perawatan yang tepat dan menghindari pemicunya, potensi asma kambuh bisa ditekan sekaligus mencegah kerusakan paru-paru di masa mendatang.
Asma yang diderita sejak kecil, terutama di usia yang masih sangat muda, seringkali luput dan tak terdeteksi oleh orang tua. Orang tua yang tak mengenali gejala asma mungkin menganggapnya sebagai batuk, pilek, atau reaksi alergi biasa.
Apalagi, mengindikasikan penyakit yang diderita anak merupakan sebuah tantangan bagi orang tua. Sebab kebanyakan anak kesulitan untuk menjelaskan perasaan dan kondisi yang mereka rasakan.
Ini menjadikan orang tua mesti sensitif dan waspada jika gejala yang dianggap ringan itu terjadi cukup lama dan berulang. Bisa jadi merupakan indikasi bahwa sang anak mungkin menderita asma.
Terlebih jika reaksinya bertambah buruk ketika anak berada di sekitar pemicu asma, seperti asap atau bau yang kuat, maupun alergen seperti debu, bulu boneka atau hewan peliharaan, dan sebagainya.
![]() |
Berdasarkan American Academy of Allergy Asthma & Immunology (AAAAI) sebagian besar asma pada anak muncul sebelum usianya 5 tahun, mengutip LiveScience. Anak-anak memiliki saluran napas yang lebih kecil dibandingkan orang dewasa, sehingga asma bisa menjadi problem serius bagi mereka.
Tingkat keparahan dan frekuensi kambuhnya asma dapat bervariasi. Baik anak maupun orang dewasa gejalanya mirip-mirip dan bisa memburuk ketika malam hari ataupun saat melakukan aktivitas fisik yang berat.
Gejala umum yang harus diperhatikan orang tua jika anak mungkin terserang asma, antara lain:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika mengalami serangan asma, anak mungkin akan sulit untuk berbicara, makan, atau tidur karena sesak yang dirasakannya. Yang harus dilakukan orang tua pertama kali adalah mendudukkannya dalam posisi tegak, sembari diberikan sandaran punggung yang empuk seperti bantal.
Kemudian pandu mereka untuk bernapas pelan-pelan dan teratur. Anda bisa mengambilkan sebaskom air panas dan minta anak untuk menghirup uapnya hingga saluran napasnya sedikit lega dan nyaman.
Lihat juga:Ketahui Bahaya Pemakaian Masker pada Bayi |
![]() |
Asma bukanlah penyakit menular, namun bisa diwariskan dari orang tua kepada anak. Jadi anak lebih mungkin menderita asma jika terdapat anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit ini.
Mengutip Medical News Today, 70 persen kasus anak yang menderita asma disebabkan oleh genetik.
Namun, genetik bukan satu-satunya penyebab asma. Ada faktor lain yang mencetus reaksi alergi sehingga mengakibatkan asma, yakni:
![]() |
Asma juga akan diperparah jika anak mengalami obestitas, punya alergi, orang tua perokok, dan tinggal di daerah dengan paparan alergen maupun polusi yang tinggi.
![]() |
Ketika anak menunjukkan gejala asma untuk pertama kalinya, segera bawa ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Dokter biasanya meresepkan obat yang mirip dengan orang dewasa, namun dengan dosis yang lebih rendah dan cara yang berbeda, seperti nebulizer, inhaler, atau obat kunyah.
Selain upaya pengobatan, ada cara lain yang penting diketahui orang tua untuk mengendalikan asma, yakni dengan upaya pencegahan.
Sebab belum ada obat yang bisa menyembuhkan asma secara total, dan sebaiknya tidak membuat anak menggunakan obat secara terus-menerus.
![]() |
Orang tua dapat menerapkan 14 cara dan kebiasaan sehat untuk mencegah munculnya gejala alergi dan asma pada anak, sebagai berikut.
![]() |
Kesimpulannya, tak cukup berbekal obat untuk mengatasi asma pada anak. Sebagai orang tua hendaknya memahami apa saja yang menjadi pemicu gejala asma kambuh dan berusaha menghindarinya.
Dengan penanganan asma yang tepat dan sedini mungkin, tentunya sang anak dapat kembali tidur nyenyak sepanjang malam, serta kegiatan belajar di sekolah maupun aktivitasnya bermainnya tak lagi terganggu.