Kemenkes: 83,9 Persen Layanan Imunisasi Terganggu Covid-19

CNN Indonesia
Senin, 08 Jun 2020 15:10 WIB
Petugas menggunakan alat pelindung diri (APD) menimbang berat badan bayi saat imunisasi di Puskesmas Karawaci Baru, Kota Tangerang, Banten, Rabu (13/5/2020). Pelayanan imunisasi tersebut tetap dilakukan di tengah pandemi COVID-19 demi menjaga kesehatan anak dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19. ANTARA FOTO/Fauzan/foc.
Ilustrasi. Kementerian Kesehatan melaporkan setidaknya 83,9 persen pelayanan kesehatan terkait imunisasi anak terhenti akibat pandemi Covid-19. (ANTARA FOTO/FAUZAN)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pandemi Covid-19 memberikan dampak signifikan terhadap program imunisasi. Kementerian Kesehatan melaporkan setidaknya 83,9 persen pelayanan kesehatan terkait imunisasi anak di Indonesia terhenti akibat pandemi.

"Artinya, pelayanan imunisasi tidak dilaksanakan lagi baik di tingkat Posyandu maupun Puskesmas," ujar Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), R Vensya Sitohang dalam konferensi pers di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Senin (8/6).

Terhentinya layanan imunisasi selama masa pandemi Covid-19, lanjut Vensya, terjadi hampir di seluruh kabupaten/kota di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasil laporan tersebut ditemukan dalam survei cepat yang dilakukan Kemenkes RI bekerja sama dengan UNICEF dan para pemerhati imunisasi pada April lalu.

Selain itu, Kemenkes juga mencatat adanya penurunan angka cakupan imunisasi dasar lengkap pada Maret-April 2020 dan periode yang sama pada 2019. "Hampir 4,7 selisih persentase cakupan imunisasi lengkap 2019 dan 2020," kata Vensya.

Angka itu mengalami penurunan setelah cakupan imunisasi dasar lengkap pada Januari-Februari 2020 dinyatakan meningkat dari periode yang sama di tahun sebelumnya.

Ancaman Wabah Lainnya

Program imunisasi merupakan upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Vaksin diberikan untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak terhadap penyakit-penyakit menular tertentu seperti campak, difteri, dan polio yang sempat mewabah.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menunjukan botol vaksin seusai melakukan vaksinasi Difteri di Gedung Pakuan, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (6/1). Gubernur Jabar mengajak masyarakat untuk melakukan vaksin Difteri mengingat Jawa Barat merupakan salah satu daerah kejadian luar biasa (KLB) Difteri.  ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/pd/18Ilustrasi. Terhentinya program imunisasi di masa pandemi Covid-19 menimbulkan ancaman akan wabah penyakit baru yang juga berbahaya. (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

"Jangan sampai pada masa pandemi Covid-19, muncul juga kejadian luar biasa penyakit-penyakit yang sudah ada vaksinnya, yang bisa dicegah," ujar Vensya.

Dengan itu, Vensya menegaskan bahwa pelayanan imunisasi harus tetap berjalan dengan mengikuti protokol kesehatan yang berlaku.

Kemenkes sendiri telah mengeluarkan protokol kesehatan untuk program imunisasi. Protokol kesehatan itu di antaranya seperti menjaga jarak fisik, orang tua yang diharuskan mengenakan masker serta memastikan si buah hati sehat saat diimunisasi, dan tenaga medis yang menggunakan alat pelindung diri lengkap.

Sebelumnya, UNICEF bersama dengan WHO mengatakan bahwa 80 juta anak di dunia terancam campak dan polio akibat terhentinya program imunisasi rutin di 68 negara terdampak. Imunisasi campak telah terhenti di 27 negara, sementara imunisasi polio terhenti di 38 negara.

WHO menemukan, ketakutan masyarakat untuk mendatangi fasilitas layanan kesehatan menjadi salah satu masalah besar yang membuat program vaksinasi terhenti. Keengganan tersebut muncul karena rasa takut akan tertular Covid-19.

Selain itu, jumlah petugas kesehatan yang lebih sedikit juga menjadi masalah dalam program vaksinasi saat ini. Banyak petugas kesehatan yang tak bisa bergerak bebas karena beragam aturan pembatasan yang diberlakukan setiap negara. Tak tersedianya alat pelindung diri yang mumpuni juga menjadi latar belakang terhentinya program vaksinasi. (fey/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER