Meluruskan yang Salah Kaprah soal Perut Buncit

CNN Indonesia
Senin, 15 Jun 2020 19:56 WIB
Over weight -  Fat man shows his belly
Ilustrasi. Berbagai anggapan tentang perut buncit berseliweran di tengah masyarakat. Padahal, anggapan-anggapan tersebut tak sepenuhnya benar. (Istockphoto/turk_stock_photographer)
Jakarta, CNN Indonesia --

Bicara soal perut buncit tak pernah ada habisnya. Berbagai anggapan tentang perut buncit berseliweran di tengah masyarakat menjadi mitos tersendiri.

Berbagai anggapan itu tak sepenuhnya salah, tapi juga tak 100 persen benar. Celakanya, masyarakat sudah kadung mempercayai berbagai anggapan yang salah kaprah tersebut.

Kepercayaan masyarakat terhadap anggapan yang salah kaprah itu membuat banyak orang melakukan berbagai macam kesalahan demi mengatasi perut buncit. Padahal, menjaga berat badan, termasuk salah satunya ukuran lingkar perut, sangat penting sebagai parameter kesehatan.

Berikut dua anggapan yang banyak tersebar di masyarakat tentang perut buncit, tapi salah kaprah.

1. Perut buncit itu turunan
Anggapan ini tak sepenuhnya salah, tapi tak sepenuhnya benar. Betul bahwa faktor genetik berperan dalam meningkatkan risiko lingkar perut yang lebar pada seseorang. Tapi, faktor genetik itu bisa 'dilawan' dengan berbagai upaya yang bisa dilakukan.

"[Faktor] genetik tetap ada. Tapi, apalah itu akan dibiarkan? Atau, apakah kita mau menjadi lebih baik," kata ahli kedokteran olahraga, Michael Triangto dalam podcast berjudul 'Mengecilkan Perut Buncit' yang dibagikan kepada CNNIndonesia.com, Minggu (14/6).

Seseorang boleh jadi punya bakat untuk memiliki lingkar perut yang lebar. Namun, seseorang itu bisa keluar dari 'masalah turun-temurunnya' selama berusaha untuk meminimalisasi risiko.

"Kalau dibiarkan, pola makannya juga dibiarkan sama. Dia akan ngikutin [memiliki perut buncit karena faktor genetik]," kata Michael.

Group of friends eating and drinking at happy hour in the barIlustrasi. Kebiasaan ngemil di malam hari berkontribusi meningkatkan risiko perut buncit pada seseorang. (Istockphoto/andresr)


2. Makan malam bikin perut buncit
Banyak orang menghindari makan malam untuk menghindari perut buncit. Padahal, kebiasaan untuk tidak makan malam bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan.

"Kalau kita mau membandingkan antara makan dan tidak makan [di malam hari], tentu kemungkinan menjadi gemuk akan muncul saat kita makan," ujar Michael. Namun, bukan berarti Anda bisa begitu saja menghindari makan malam.

Michael mengingatkan, dalam setiap kurun waktu empat jam, tubuh akan mengalami penurunan kadar gula. Jika Anda melewati makan malam, artinya Anda membiarkan tubuh merasa lapar selama lebih dari 10 jam.

"Misal, makan terakhir jam 18.00 WIB, lalu dibiarkan lapar hingga pagi. Itu artinya perut dibiarkan lapar selama 12 jam," kata Michael.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alih-alih mengurangi risiko perut buncit, kebiasaan menghindari makan malam justru membuat tubuh kalap di pagi hari. Rasa lapar yang tertahan selama berjam-jam membuat Anda kalap mengonsumsi ini dan itu, yang juga bisa meningkatkan risiko perut buncit.

Lebih dari itu, Michael menambahkan bahwa sebenarnya bukan makan malam yang dilarang dilakukan di malam hari, melainkan ngemil. Kebiasaan ngemil sering kali terjadi dengan tak terkontrol.

(asr/chs)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER