Pemerintah disarankan untuk mempertimbangkan secara matang sebelum menerapkan wacana pemasangan lampu ultraviolet (UV) pada transportasi umum demi menangkal virus corona. Pendapat ini diutarakan ahli dermatologi dokter Anthony Handoko mengingat sejumlah dampak yang mungkin ditimbulkan akibat paparan sinar UV dalam waktu yang lama.
Lagipula, Anthony mengungkapkan hingga saat ini belum terdapat bukti yang cukup bahwa virus penyebab Covid-19 itu dapat mati akibat paparan sinar UV.
"Seluruh sinar UV umumnya dapat membunuh bakteri dan virus. Tetapi, apakah virus corona itu mati atau tidak saat terkena sinar UV? Masih belum diketahui secara pasti. Belum menjadi guideline atau patokan WHO, penelitian yang ada masih penelitian awal," jelas dokter Anthony Handoko kepada CNNIndonesia.com, Senin (15/6) malam.
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan berencana memasang lampu UV saat mengangkut penumpang selama pandemi dan menyongsong new normal.
Anthony pun menuturkan penggunaan sinar UV pada kendaraan umum harus berdasarkan pertimbangan seberapa besar manfaat dibandingkan potensi risiko yang bakal didapat.
"Perlu ditinjau, berapa lama terpapar, dan semuanya harus dengan dosis yang benar. Efek sampingnya juga harus aware [disadari]," kata Anthony lagi.
Ia menjelaskan, sinar UV merupakan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan melalui cahaya. Jenisnya sendiri terdiri atas sinar yang alami dan buatan. Sinar UV alami bersumber dari matahari dengan pembagian UV A, B, dan C--bergantung panjang gelombang.
Sinar UVA merupakan gelombang paling panjang dengan ukuran 400-315 nanometer (nm), sedangkan sinar UVC merupakan gelombang paling pendek dengan ukuran 280-100 nm.
![]() INFOGRAFIS AGAR TAK TERTULAR VIRUS CORONA |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan sinar UV buatan merupakan gelombang elektromagnetik racikan manusia dengan panjang gelombang meniru sinar UV A, B, C dari matahari. Biasanya sinar ini dipancarkan melalui lampu merkuri atau bohlam.
Ibarat dua sisi, Anthony menjelaskan paparan semua sinar UV tersebut memiliki manfaat dan dampak buruknya masing-masing terhadap manusia. Dokter spesialis kulit dan kelamin ini merinci, pada waktu dan durasi yang tepat, sinar UV dapat bermanfaat untuk manusia.
Sinar UV baik untuk merangsang produksi vitamin D yang baik untuk pembentukan tulang, otot, dan meningkatkan sistem imun tubuh. Sinar ini juga dapat menurunkan risiko kanker tertentu, seperti kanker usus besar.
"Paparan yang aman yaitu pagi hari sekitar 5-10 menit. Jika di siang hari saat terik dan lebih dari 30 menit akan berbahaya," ungkap Anthony.
Sementara sinar UVA dan B juga digunakan dalam sejumlah terapi seperti pada penderita psoriasis dan eksim parah.
Namun, paparan sinar UV baik A, B, C yang terakumulasi atau terlalu lama dan sering dapat menyebabkan sejumlah kondisi yang tidak baik untuk kulit. Sinar UV dapat merusak DNA kulit sehingga mengakibatkan penuaan dini sampai dengan kanker kulit.
"Paling ringan adalah penuaan dini seperti wrinkle atau kerutan, lalu kerusakan kulit, tumor kulit jinak, pra kanker, dan dalam waktu yang lama dan terus-terusan menyebabkan kanker kulit," tutur Anthony, pemilik Klinik Pramudia.