Studi: Tak Efektif, Obat HIV Tak Bisa Digunakan untuk Corona

CNN Indonesia
Selasa, 30 Jun 2020 21:04 WIB
A bottle of pills is tipped on its side, spilling onto a glass-top desk with stethoscope and clip board in the background.
Ilustrasi. Obat HIV lopinavir-ritonavir tidak bisa digunakan untuk pasien Covid-19. Hasil penelitian recovery menyimpulkan obat tak memberikan efek positif pada pasien. (iStockphoto/FatCamera)
Jakarta, CNN Indonesia --

Peneliti Inggris menyimpulkan obat yang digunakan untuk orang dengan HIV yakni lopinavir-ritonavir tidak bisa digunakan untuk pasien Covid-19 karena tidak efektif dan tidak memiliki manfaat klinis. Lopinavir-ritonavir sebelumnya dianggap sebagai salah satu obat potensial untuk infeksi virus corona.

Peneliti yang tergabung dalam studi recovery ini menyimpulkan bahwa tidak ada efek menguntungkan dari lopinavir-ritonavir pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

Recovery merupakan uji klinis acak yang menguji berbagai pengobatan potensial untuk Covid-19 di Inggris, bekerja sama dengan University of Oxford. Lebih dari 11.800 pasien dari 176 rumah sakit di Inggris mengikuti penelitian ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peneliti memberikan obat HIV lopinavir-ritonavir secara acak pada 1.596 pasien dibandingkan dengan 3.376 pasien perawatan biasa. Hasilnya, tidak ada perbedaan signifikan pada tingkat mortalitas.

"Hasil awal ini menunjukkan bahwa untuk pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 dan tidak menggunakan ventilator, lopinavir-ritonavir bukanlah pengobatan yang efektif," kata peneliti kepala investigator Peter Horby, dalam pernyataan resmi Recovery.

Selain itu, obat HIV lopinavir-ritonavir juga tidak memiliki bukti efek yang menguntungkan pada pasien yang menggunakan ventilator.

Peneliti yang tergabung dalam uji klinis Recovery merekomendasikan untuk tidak lagi menggunakan lopinavir-ritonavir untuk pasien Covid-19.

"Banyak negara saat ini merekomendasikan lopinavir-ritonavir sebagai pengobatan untuk Covid-19. Hasil dari uji coba ini, bersama-sama dengan hasil uji coba acak besar lainnya, harus menginformasikan revisi terhadap pedoman tersebut dan mengubah perawatan pasien," kata peneliti Martin Landray.

Penelitian Recovery ini merupakan bagian dari penelitian yang sama dengan studi yang menyebutkan tidak efektifnya hydrocychloroquine untuk Covid-19 dan keampuhan dexamethasone dalam menurunkan angka kematian pada pasien dengan gejala parah.

(ptj/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER