Wisata pengamatan burung (bird watching) di Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Palu, Sulawesi Tengah, bakal semakin nyaman, lantaran bakal dibangun akses jalan ke seberang Danau Tambing yang selama ini menjadi lokasi favorit pengunjung.
Kepala Balai Besar TNLL, Jusman, mengatakan pihaknya sedang merancang pembukaan jalan mengelilingi Danau Tambing agar pengunjung bisa lebih mudah mengamati dan mendengar suara kawanan burung endemik di sini, seperti Julang Sulawesi atau Gagak Sulawesi.
"Lokasi pengamatan burung berada sekitar satu kilometer dari Danau Tambing. Selama ini kebanyakan pengunjung hanya mengamati burung di sekitar danau saja, padahal tempat yang paling bagus untuk mengamati dan mendengar kicauan burung ada di seberang danau," kata Jusman seperti yang dikutip dari Antara pada Kamis (2/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika sudah akses sudah dibuka, niscaya akan semakin banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung, mengingat daya tarik objek wisata itu adalah pengamatan burung," ujarnya.
Koordinator pengelolaan obyek wisata Danau Tambing, Asdin, menyambut positif rencana pembukaan akses jalan menuju lokasi pengamatan burung.
Ia mengaku selama ini akses jalan menuju lokasi pengamatan burung menjadi salah satu objek wisata yang banyak diusulkan para pengunjung, terutama wisatawan mancanegara.
Beberapa wisatawan juga, kata Asdin, mengusulkan agar tidak diselenggarakan kegiatan yang mengundang banyak orang, sebab bisa mengganggu habitat burung.
"Bisa saja karena bising, satwa-satwa akan mengungsi ke tempat lainnya," kata Asdin.
Danau Tambing merupakan destinasi unggulan di Sulawesi Tengah.
Lokasinya terletak di atas ketinggian 1.700 meter dari permukaan laut dengan kondisi hutan dan alam yang masih asri.
Udaranya sangat sejuk dan pada malam hari suhu udara begitu dingin. Lokasinya berada dekat dengan jalan poros Palu-Napu.
Sementara itu, Taman Nasional Lore Lindu sendiri terletak sekitar 60 kilometer selatan kota Palu. Sebagian besar terdiri atas hutan pegunungan dan sub-pegunungan (kurang lebih 90 persen) dan sebagian kecil hutan dataran rendah (kurang lebih 10 persen).
Taman Nasional Lore Lindu memiliki fauna dan flora endemik Sulawesi serta panorama alam yang menarik, karena terletak di garis Wallace yang merupakan wilayah peralihan antara zona Asia dan Australia.
Taman nasional ini terbagi atas tiga kawasan, yakni Suaka Margasatwa Lore Kalamanta, Hutan Wisata Danau Lindu, dan Suaka Margasatwa Sopu Gumbasa.
Selain fauna, banyak patung-patung megalit yang usianya mencapai ratusan bahkan ribuan tahun tersebar di kawasan Taman Nasional Lore Lindu, seperti Lembah Napu, Behoa dan Bada.
Sampai penelitian tahun 2013, ada 1.466 temuan megalitik dari 83 situs yang telah diungkap di sini.
Patung-patung ini disebut sebagai monumen batu terbaik di antara patung-patung sejenis di Indonesia.
Walau telah menyandang predikat taman nasional, Taman Nasional Lore Lindu masih memiliki ancaman perusakan oleh manusia, seperti penambangan emas ilegal, pencurian hasil hutan, perburuan satwa. hingga pembangunan pembangkit listrik.