Menakar Efektivitas Kacamata Anti-radiasi untuk Menjaga Mata

CNN Indonesia
Rabu, 22 Jul 2020 05:29 WIB
Ilustrasi Kacamata Anak
Ilustrasi. Blue light glasses atau kacamata anti-radiasi diklaim dapat membantu menjaga kesehatan mata meski lama menatap layar gawai. (Unsplash/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia --

Blue light glasses atau kacamata anti-cahaya biru kini tengah populer di tengah banyak orang. Salah satu pasalnya, kacamata itu diklaim dapat membantu menjaga kesehatan mata dari kebiasaan menatap layar perangkat elektronik dalam waktu lama.

Berbagai gangguan pada mata menjadi masalah kesehatan 'kekinian' yang disebabkan oleh kebiasaan orang-orang masa kini yang menghabiskan aktivitas hampir sepenuhnya di depan layar. Cahaya biru pada layar gawai disebut-sebut memicu mata yang terasa lelah dan tegang hingga sulit tidur.

Kacamata anti-radiasi itu konon hadir sebagai solusi. Kacamata itu pada dasarnya bekerja dengan memblokir atau menyaring cahaya biru yang berasal dari layar perangkat elektronik, baik ponsel pintar, laptop, ataupun televisi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi, apakah kacamata anti-cahaya biru benar-benar berfungsi melindungi mata?

Kacamata anti-cahaya biru terbilang 'anak baru' dalam produk kesehatan mata yang beredar di pasaran. Hingga saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan efektivitasnya. Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat juga tak mengatur peredaran kacamata tersebut karena tidak dipasarkan sebagai perangkat medis.

Sejumlah organisasi yang bergerak di bidang kesehatan mata meragukan klaim manfaat kacamata anti-cahaya biru. American Academy of Ophthalmology (AAO), misalnya, yang mengatakan bahwa kacamata tersebut belum dibutuhkan oleh masyarakat. Mereka tidak merekomendasikan kacamata khusus apa pun untuk mengatasi masalah mata akibat terlalu lama menatap layar gawai.

Alih-alih menganjurkan, AAO justru mengatakan bahwa cahaya biru tidak memicu penyakit apa pun pada mata. Keluhan umumnya muncul saat seseorang terlalu sering menggunakan perangkat elektronik.

ilustrasi anak dan gadgetIlustrasi. Bukan cahaya biru yang menimbulkan keluhan tak nyaman pada mata, melainkan kebiasaan terlalu lama menatap layar gawai. (Istockphoto/ ljubaphoto)

"Gejala-gejala digital eye strain disebabkan oleh bagaimana kita menggunakan perangkat elektronik, bukan karena cahaya birunya sendiri," ujar AAO.

Sementara Association of Optometrist di Inggris juga mengatakan hingga saat ini masih kurang bukti untuk mendukung penggunaan kacamata tersebut.

Ahli kesehatan mata Rishi Singh mengatakan bahwa banyak orang mengalami ketidaknyamanan mata akibat penggunaan perangkat elektronik. Ketidaknyamanan itu dikenal dengan istilah digital eye strain atau computer vision syndrome (CVS).

Saat menatap layar, mata akan secara konstan menggeser fokus dan bergerak sambil melihat layar. Cahaya silau yang muncul dari layar juga akan membuat mata merasa tak nyaman. Ketegangan pada mata, lanjutnya, bukan disebabkan oleh cahaya biru.

"Jadi, meskipun Anda mungkin mengalami iritasi mata karena seharian bekerja pada komputer, ketidaknyamanan itu tidak secara langsung disebabkan oleh cahaya biru," ujar Singh, mengutip situs Cleveland Clinic.

Menatap layar, lanjut Singh, membuat mata jadi jarang berkedip. Hal itu akan membuat kornea menjadi kering dan teriritasi.

Alih-alih membeli kacamata anti-cahaya biru, Singh justru menyarankan Anda untuk mempraktikkan aturan 20-20-20. Alihkan pandangan setiap 20 menit sekali saat Anda sedang berada lama di depan komputer. Alihkan pandangan pada suatu objek yang berjarak 20 kaki (sekitar 6 meter) selama 20 detik. Cara ini akan membuat mata lebih rileks.

Selain itu, Singh juga menyarankan untuk menggunakan obat tetes mata demi menjaga mata tetap terlumasi saat bekerja di depan komputer.

Terakhir, Anda juga disarankan untuk duduk sejauh 25 inci (sekitar 63 sentimeter) dari layar. Kebanyakan orang yang duduk terlalu dekat dengan layar akan mengalami ketegangan mata.

Hal yang hampir sama diungkapkan oleh ahli kesehatan mata, Susan Primo. Menurutnya masalah ketegangan mata bukan muncul karena cahaya biru, melainkan penggunaan perangkat elektronik yang berlebihan.

Namun, Primo mengakui bahwa beberapa pasien yang memakai kacamata anti-cahaya biru melaporkan lebih sedikit kelelahan mata. "Jika Anda ingin memakainya dan menemukan manfaatnya, itu tidak masalah," ujar dia, mengutip WebMD.

Hanya saja, Primo menegaskan bahwa hingga saat belum ada penelitian yang membuktikan efektivitasnya.

(asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER