Usai memberlakukan penguncian wilayah (lockdown) sejak Maret akibat Covid-19, Inggris mulai melonggarkan pembatasan perjalanan pada Sabtu (4/7) dengan mengizinkan restoran dan pub dibuka kembali. Sejumlah warga pun disebut menikmatinya dengan suka cita hingga mabuk berat.
Dilansir dari AFP pada Minggu (5/7), Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak mendesak masyarakat datang ke restoran dan pub untuk merayakan relaksasi lockdown sekaligus membantu menggerakkan kembali sektor ekonomi.
Dilansir dari NBC News, beberapa orang menjuluki momentum pembukaan pub sebagai 'Hari Kemerdekaan'. Salah satu tabloid Inggris menyebutnya sebagai 'Super Saturday'.
Pub di Irlandia Utara telah dibuka sejak Jumat (3/7), sedangkan pub yang berlokasi di Wales dan Skotlandia masih harus menunggu izin buka sekitar sepuluh hari lagi.
Sebelum pub bersiap dibuka, kursi dan meja akan didisinfeksi dan perapian juga akan dinyalakan.
Pemilik bar Showtime di kota Huddersfield, Ian Snowball, mengatakan pada NBC News bahwa dia tidak akan membuang-buang waktu dan segera membuka barnya pada Sabtu pagi.
Biasanya, barnya mampu menampung sekitar 500 orang tapi karena ada pembatasan, dia berharap bisa menampung sekitar 175 pelanggan.
Pedoman pemerintah Inggris juga menekankan meminimalisir kontak antara karyawan dan tamu.
Para pengunjung pub diharuskan memberikan rincian kontak pengunjung, hal ini untuk mengantisipasi kembalinya timbul wabah Covid-19 baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pelayanan Kesehatan Nasional Inggris mengatakan bahwa pihaknya khawatir para pemabuk berat dapat membuat fasilitas kesehatannya kewalahan.
"Akan memilukan melihat Departemen Darurat kewalahan pada malam pertama pasca-lockdown, di mana orang-orang terlalu mabuk atau bertengkar," ujar presiden Royal College of Emergency Medicine, Katherine Henderson dalam sebuah pernyataan.
Menurut British Beer and Pub Association, sekitar 80 persen dari 37.500 pub di Inggris kemungkinan akan dibuka kembali.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga telah memperingatkan warganya untuk tidak berlebihan dalam merayakan pelonggaran lockdown.
Kekhawatiran petugas medis terbukti. Kepadatan warga, terutama di bar-bar di Distrik Soho, London, Sabtu (4/7) malam, memperlihatkan bahwa orang mabuk tidak bisa menerapkan jaga jarak sosial.
Kepala kepolisian Inggris John Apter mengatakan kebijakan itu pada akhirnya membuat pihaknya berurusan dengan "para pria telanjang, pemabuk yang bergembira, pemabuk yang ngamuk-ngamuk, perkelahian, dan pemabuk yang lebih marah lagi".
"Yang sangat jelas terlihat adalah bahwa orang mabuk tidak dapat atau tidak akan melakukan jaga jarak," kata dia, dikutip dari AFP.
Dia mengatakan departemen kepolisiannya sendiri di kota Southampton selatan sudah "berhasil mengatasinya".
![]() |
"Saya tahu daerah lain memiliki masalah dengan petugas yang diserang," kata Apter.
Aparat di wilayah Devon dan Cornwall mencatat hampir 1.000 laporan "gangguan terkait minuman beralkohol dan perilaku anti-sosial" pada Sabtu (4/7) malam.
Ada pula laporan pesta di pantai secara ilegal di London dan wilayah timur laut yang berujung penangkapan massal serta kekacauan di Midlands.
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock berdalih bahwa sebagian besar warganya tetap berperilaku bertanggung jawab saat pembukaan bar dan restoran dilakukan.
"Dari apa yang saya lihat, meskipun ada beberapa foto yang bertentangan, sebagian besar orang telah bertindak secara bertanggung jawab," dalihnya.
"Sungguh menyenangkan melihat orang-orang keluar rumah dengan sebagian besarnya tetap menjaga jarak sosial," klaim Hancock.
Hingga kini, total kasus positif Virus Corona di Inggris berjumlah 284.900 jiwa dan 44.198 orang meninggal dunia.
(ans/ard)