Revolusi Hijau Pertanian Vertikal Dubai

Di tengah demam bertani, Dubai ternyata juga punya gebrakan pertanian. Pertanian vertikal ultra-modern di tengah gurun berdiri sebagai bukti tekad Dubai untuk memicu "revolusi hijau" untuk mengatasi ketergantungannya pada impor pangan.

Pertanian kebun pasar Al-Badia menghasilkan berbagai tanaman sayuran dalam format bertingkat, dengan hati-hati untuk mengontrol cahaya dan irigasi serta mendaur ulang 90 persen air yang digunakannya.

"Ini adalah revolusi hijau di tengah gurun," kata direktur pertanian Basel Jammal kepada AFP.

"Setiap tanaman diberi cahaya, kelembapan, panas, dan air yang dibutuhkannya. Seolah-olah menjadi tamu di hotel bintang lima," katanya.

"Kami tidak ingin lagi bergantung pada impor. Kami ingin berproduksi secara lokal, sepanjang tahun, tanpa khawatir tentang perubahan iklim, curah hujan atau kekeringan," katanya.

Seperti Al-Badia, sejumlah pertanian bermunculan di Dubai dan daerah yang kurang berkembang seperti Al-Ain dan emirat pegunungan Ras al-Khaimah.

Abdellatif al-Banna adalah petani mandiri lainnya yang bergabung dalam upaya inovasi, menanam nanas di rumah kaca menggunakan hidroponik - tanpa tanah - dan menjual produksinya melalui platform internet.

Di pertaniannya di Al-Awir, Banna juga bereksperimen dengan menanam buah-buahan, sayuran, dan bahkan gandum di bulan-bulan yang lebih dingin - menghasilkan cukup biji-bijian untuk keluarganya.

Di tempat lain, tidak jauh dari garis pantai Dubai dan gedung pencakar langit yang megah, beberapa peternakan memelihara sapi di kandang ber-AC yang membantu menyediakan produk susu bagi pasar lokal.

Dan di dalam tangki besar yang diawasi oleh ruang kendali yang meniru matahari terbit dan terbenam di Norwegia, salmon dibudidayakan di dalam tangki, meskipun panas sangat menyengat di luar.

Sebenarnya ini bukan hal baru bagi Dubai. Tahun 2018 lalu, Dubai sudah mencanangkan pertanian vertikal. Saat itu, negara ini tak tanggung-tanggung, merencanakan membangun pertanian vertikal terbesar di dunia.