Sebagian orang dinilai masih salah kaprah dalam memahami status tanpa gejala dan bergejala pada orang yang terinfeksi virus corona atau Covid-19. Studi awal Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mendapati sebagian pasien Covid-19 yang bergejala menganggap diri mereka sebagai orang tanpa gejala atau OTG.
"Data riset awal PDPI menemukan ternyata masyarakat yang menganggap tanpa gejala (OTG), ternyata ada pneumonia pada foto rontgennya, itu kisaran 5 persen," ungkap Ketua PDPI dokter spesialis paru Agus Dwi Susanto kepada CNNIndonesia.com, Rabu (16/9).
Padahal Agus menjelaskan, memiliki pneumonia atau radang paru termasuk dalam kategori Covid-19 derajat sedang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati memaparkan temuan studi awal, Agus belum detail merinci data lengkap penelitian tersebut. Ia hanya mengatakan, temuan sementara itu merupakan riset awal PDPI terhadap orang yang positif Covid-19.
Agus pun menambahkan, saat ini PDPI tengah mempersiapkan publikasi ilmiah untuk studi tersebut.
Ia menerangkan, orang tanpa gejala (OTG) Covid-19 adalah mereka yang positif terinfeksi virus corona tapi tidak menimbulkan gejala klinis apapun, baik yang dirasakan tubuh, maupun kerusakan organ di dalam tubuh.
Sedangkan Covid-19 bergejala artinya virus corona menimbulkan manifestasi klinis, baik secara fisik maupun kerusakan organ di dalam tubuh. Covid-19 bergejala memiliki sejumlah tingkatan mulai dari ringan, sedang, hingga berat.
![]() Infografis Mencegah Penyebaran Virus Corona Saat Dine-In di Restoran |
Gejala Covid-19 meliputi demam, batuk, diare, hilangnya indra perasa atau penciuman, nyeri dada, hingga sesak napas. Jika sudah memiliki demam dan batuk ringan saja, hal ini tergolong dalam Covid-19 bergejala.
Agus menyebut, selama ini pasien kerap merasa tidak bergejala padahal sudah demam dan batuk ringan. Menurut dia, penentuan bergejala atau OTG sebaiknya harus didiagnosis oleh dokter.
"Mesti dipastikan bahwa OTG menurut siapa? Kalau menurut pasien beda dengan menurut dokter. Selama ini banyak masyarakat yang Covid-19 tanpa gejala hanya asumsi sendiri, ini yang salah. Penentuan tanpa gejala, ringan, sedang, berat itu oleh dokter," kata Agus.
Pendapat serupa juga disampaikan dokter spesialis paru lain, Erlang Samoedro.
"Kadang orang merasa tidak punya gejala padahal ada gejala yang ringan," kata Erlang kepada CNNIndonesia.com.
Anggapan OTG ini seringkali membuat pasien lalai dan abai karena merasa tidak memiliki gejala.
Mengabaikan gejala Covid-19 dapat membuat infeksi virus semakin parah, seperti berisiko terhadap happy hypoxia atau kurangnya kadar oksigen di dalam darah.
Happy hypoxia umumnya terjadi pada Covid-19 yang bergejala dan kecil kemungkinan pada OTG. Namun, karena menganggap diri mereka sebagai OTG, sebagian orang jadi tidak waspada terhadap kondisi ini.
"Bisakah happy hipoksemia muncul pada OTG, bisa kalau OTG menurut pasien. Karena sebenarnya dia bukan OTG kalau diperiksa lagi oleh dokter," jelas Agus.
Karena itu Agus pun menyarankan setiap orang untuk selalu waspada dan teliti mengenali gejala Covid-19 seringan mungkin. Langkah ini penting demi mencegah gejala semakin parah dan mengerem penyebaran virus.
"Pesan saya, bila Anda terkena Covid-19, jangan menilai sendiri bahwa saya tanpa gejala atau ringan itu harus dokter yang menentukan," kata Agus mengingatkan.
(ptj/nma)