Sebanyak enam orang anak di Texas, Amerika Serikat (AS), dilaporkan meninggal dunia akibat infeksi otak yang langka. Penyakit yang dikenal dengan istilah primary amebic meningoencephalitis (PAM) ini bisa berakibat fatal dan kerap berujung kematian.
Akibat kejadian tersebut, Gubernur Texas Greg Abbott langsung menetapkan status darurat benca di daerahnya. Pihaknya menemukan ameba penyebab infeksi otak tersebut di sistem pasokan air lokal di daerahnya.
PAM sendiri merupakan infeksi dan peradangan langka yang menyerang otak sebagai sistem saraf pusat. Penyakit langka ini disebabkan oleh Naegleria fowleri yang dikenal sebagai ameba pemakan otak manusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ameba umumnya menginfeksi orang saat air yang terkontaminasi masuk ke dalam tubuh melalui hidung. Menyitat situs Center for Disease and Control Prevention (CDC) AS, seseorang yang menelan air terkontaminasi tak akan terinfeksi.
Saluran pernapasan hidung menjadi satu-satunya jalur masuk ameba menyerang otak manusia. Begitu masuk ke dalam hidung, ameba akan bergerak menuju otak dan menyebabkan infeksi parah dan peradangan.
Penyakit ini memiliki tingkat prognosis yang sangat rendah. Seseorang yang terinfeksi Naegleria fowleri 98,5 persen tak bisa diselamatkan.
Sejak pertama kali ditemukan pada 1960-an, hanya tujuh orang di seluruh dunia yang dilaporkan selamat dari ancaman kematian akibat PAM. Lima orang di antaranya di AS, satu orang di Meksiko, dan satu orang di Spanyol.
----
Infeksi sendiri umumnya ditandai dengan beberapa gejala yang muncul ke dalam dua tahap. Pada tahap awal, umumnya seseorang yang terinfeksi akan mengalami sakit kepala yang parah, demam, mual, dan muntah.
Sementara pada tahap lanjut, seseorang akan mengalami leher yang mendadak kaku, kejang, perubahan kondisi mental, halusinasi, hingga koma.
Gejala umumnya mulai muncul selama 1-9 hari setelah hidung terpapar air yang terkontaminasi. Sementara kematian umumnya terjadi pada rentang waktu 1-18 hari setelah gejala muncul.
PAM termasuk salah satu penyakit yang sulit dideteksi. Pasalnya, penyakit ini berkembang dengan pesat hingga sulit untuk diselamatkan.
Selain itu, gejala yang muncul juga mirip seperti jenis meningitis lainnya. Hal ini membuat banyak dokter kesulitan untuk mendiagnosis. Tak jarang bahkan diagnosis baru didapat setelah nyawa pasien tak terselamatkan.
(asr)