Kisah Chiara 12 Tahun Hidup dengan Psoriasis

CNN Indonesia
Minggu, 08 Nov 2020 19:04 WIB
Sudah lebih dari 12 tahun, Chiara Lionel Salim hidup dengan psoriasis, penyakit autoimun yang membuat kulit meradang, merah, dan bersisik.
Sudah lebih dari 12 tahun, Chiara Lionel Salim hidup dengan psoriasis, penyakit autoimun yang membuat kulit meradang, merah, dan bersisik. (Dok. Pribadi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sudah lebih dari 12 tahun Chiara Lionel Salim hidup dengan psoriasis, penyakit autoimun yang membuat kulit meradang, merah, dan bersisik. Meski psoriasis tak bisa disembuhkan, Chiara tak putus asa. Dia tetap berusaha mewujudkan mimpi-mimpinya.

Kisah Chiara dengan psoriasis dimulai saat dia masih berusia 9 tahun pada 2008 lalu. Ketika itu, Chiara jatuh dari sepedanya dan mengalami luka di betis sebelah kiri.

Akan tetapi, luka kecil di kaki Chiara itu tak kunjung sembuh meski telah diberikan obat merah. Orang tua Chiara pun membawa anak mereka ke dokter. Namun, berulang kali ke dokter dengan berbagai pengobatan tak juga membuat luka Chiara membaik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Waktu itu enggak terdeteksi psoriasis. Diagnosis dokter macam-macam. Infeksi sampai jamuran. Jadi, obatnya diganti-ganti terus," ungkap Chiara dalam webinar psoriasis dari Novartis beberapa waktu lalu.

Luka kecil itu kemudian menyebar ke beberapa bagian kaki lainnya membentuk banyak bercak merah. Saat itu, orang tua Chiara mulai curiga anaknya mengalami psoriasis, sama seperti salah satu keluarga mereka.

"Kakaknya papa aku punya psoriasis. Baru-lah saat itu, mama bertanya ke dokter dan ternyata benar, aku juga mengalami psoriasis," ucap Chiara.

Meski tak diketahui secara pasti penyebab psoriasis, faktor genetik dan keturunan memainkan peran penting dalam mengembangkan psoriasis. Selain itu, kelainan sistem kekebalan tubuh juga dapat memicu psoriasis. Pada orang dengan psoriasis, sel imun menyerang kulit sehingga memproduksi sel kulit lebih cepat. Akibatnya, sel kulit menumpuk dan menimbulkan bercak merah dan sisik.

Pada Chiara, bercak merah terus menyebar ke berbagai anggota tubuh lainnya. Bercak merah ini membuat Chiara merasa berbeda dibandingkan teman-temannya yang lain.

"Karena masih 9 tahun aku belum bisa proses keseluruhan, tapi aku sadar aku berbeda dengan teman sebayaku. Kulitku tidak bisa mulus, satu badan bisa merah dan bersisik, perih, dan gatal," ungkap Chiara.

Chiara mengaku kondisi kulit yang berbeda membuat kepercayaan dirinya menurun. Dia juga kerap merasa sedih dan terpukul. Dalam beberapa kesempatan, dia kerap merasa terasingkan. Bahkan, dia tak boleh mencoba baju di pusat perbelanjaan. Padahal, psoriasis bukan-lah penyakit yang menular.

"Waktu itu aku mempertanyakan kenapa aku terkena penyakit ini. Merasa tidak ada value-nya dan sebagai orang, kok, jelek banget," kata Chiara.

Pejuang psoriasis, Chiara Lionel Salim yang sudah mengalami psoriasis sejak berusia 9 tahun.Dokumentasi pribadi.Pejuang psoriasis, Chiara Lionel Salim yang sudah mengalami psoriasis sejak berusia 9 tahun. (Dokumentasi pribadi.)

Melihat Chiara yang kerap sedih, orang tuanya pun memberi penjelasan dan dukungan yang tak pernah henti. Chiara menyebut dukungan orang tua dan keluarga membuatnya dapat menerima keadaan dan lebih mencintai diri sendiri.

"Hikmahnya hidup dengan psoriasis itu meski capek dan melelahkan karena ketidakpastian, aku belajar untuk enggak gampang menyerah, bangkit lagi, enggak putus," tutur Chiara.

Perlahan Chiara mulai rutin dan tekun menjalani pengobatan. Pengobatan psoriasis membantu gejala tak lagi muncul. Chiara juga menjalani gaya hidup sehat dan mencegah hal-hal yang dapat memicu psoriasis kambuh. Beberapa faktor pemicu psoriasis diantaranya stres, rokok, makanan tinggi kalori, dan infeksi.

Selama 12 tahun berbagai pengobatan sudah dicoba Chiara mulai dari obat oles, obat minum, terapi cahaya, hingga yang terbaru melalui suntik biologis. Sejumlah pengobatan efektif untuk menyetop gejala psoriasis muncul dalam beberapa waktu.

Jika sedang kambuh, selain obat-obatan, Chiara juga mengoleskan minyak kelapa atau minyak zaitun ke kepalanya untuk meredakan rasa gatal. Di hari-hari biasa, Chiara juga sangat memperhatikan produk-produk yang digunakannya untuk kulit, wajah, rambut, dan kulit kepala.  

"Biasanya aku pakai sampo bayi untuk kulit kepala dan sampo biasa untuk bagian rambut. Untuk kosmetik dan skincare aku pakai yang tidak mengandung alkohol dan parfum. Juga tidak pakai yang mengandung bahan aktif seperti retinol," kata Chiara.

Pengobatan dan gaya hidup yang sehat membuat Chiara mampu hidup bersanding dengan psoriasis sambil meraih cita-citanya. Dengan psoriasis, Chiara berhasil menamatkan pendidikannya tepat waktu di jurusan Computer Science, Monash University. Kini, dia bekerja sebagai analis teknologi keuangan di salah satu perusahaan e-commerce. Di waktu luangnya, Chiara menyalurkan hobinya menjadi makeup artist.

Chiara juga mengembangkan platform untuk pejuang psoriasis di media sosial, Psoriasis Indonesia @psoriasis_id. Di platform ini, Chiara ingin menumbuhkan kesadaran akan psoriasis dan mengajak para pejuang psoriasis untuk berbagi cerita.

"Ini untuk mengirimkan pesan, kamu enggak sendirian, kita bisa berjuang bersama," ujar Chiara.

(ptj/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER