Setiap 11 November diperingati sebagai Single's Day atau Hari Jomlo. Hari ini menjadi momen tepat untuk merayakan status lajang Anda.
Perayaan Single's Day dimulai dari China sejak era 1990-an. Hari ini digelar sebagai antitesis perayaan Hari Valentine, di mana para jomlo bergembira atas status lajangnya. Perayaan ini dilakukan dengan cara memanjakan diri sendiri.
Menjadi jomlo jelas bukan aib. Hidup melajang bukan berarti bersedih hati. Justru, menjadi jomlo adalah pilihan tepat untuk 2020 ini. Di tengah situasi pandemi yang serba tak pasti ini, seorang jomlo bisa fokus untuk memikirkan dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip Stuff, dengan hidup melajang, Anda memiliki kendali atas waktu. Hal itu membuat Anda bisa dengan bebas mengatur berbagai rencana yang ingin dilakukan, sesuatu yang bisa memberikan energi positif untuk diri Anda di tengah pandemi.
Penelitian juga membuktikan bahwa hidup melajang membuat seseorang lebih sehat. Studi yang diterbitkan dalam Journal of Marriage and Family menyebutkan, hidup melajang cenderung membuat seseorang lebih aktif secara fisik, yang sering dikaitkan dengan tingkat kesehatan yang lebih baik.
Studi menemukan, seseorang yang sudah bercerai lebih banyak berolahraga daripada mereka yang menikah. Namun, kelompok orang yang selalu melajang (bukan bercerai dan belum menikah) adalah kelompok yang paling aktif secara fisik.
Memang, banyak orang beranggapan bahwa kehadiran pasangan begitu penting di tengah situasi serba tak pasti seperti saat ini. Pasangan bisa jadi tempat Anda untuk berbagi keluh kesah dan apa pun yang Anda rasakan.
Namun, kondisi itu sering kali membuat seseorang lupa akan lingkungan sosialnya. Penelitian juga menemukan bahwa para lajang cenderung lebih terhubung ke lingkungan sosial dibandingkan mereka yang berpasangan.
Studi menemukan, seorang jomlo lebih baik dalam menjaga hubungan sosialnya daripada mereka yang berpasangan. Orang yang berpasangan cenderung menjadikan pasangannya sebagai satu-satunya lingkungan sosial yang dimiliki. Padahal, di tengah pandemi, seseorang perlu selalu terhubung ke lingkungan sosial untuk mengatasi stres yang muncul akibat situasi serba tak pasti.
Selain itu, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Information, Communication, and Society menemukan, para lajang lebih memiliki banyak orang yang dianggap sebagai teman dekat. Mengutip Insider, mereka juga tampaknya lebih berusaha keras untuk menjaga hubungan baik dengan saudara dan teman agar tetap kuat.
Jika Anda seorang perempuan, menjadi jomlo menimbulkan kepercayaan bahwa Anda adalah perempuan yang kuat, percaya diri, mandiri, dan dapat percaya diri. Para psikolog sepakat bahwa kepercayaan-kepercayaan seperti itu dapat membuat seseorang merasa sangat baik.
Penelitian menemukan, saat seorang lajang menjalani hidupnya dengan mandiri, semakin kecil kemungkinan emosi negatif yang muncul. Sementara bagi orang yang berpasangan, menjadi mandiri kerap dikaitkan dengan emosi negatif.
Dengan melajang, Anda bisa fokus pada hal-hal yang penting untuk hidup Anda. Jika itu adalah karier, maka lakukan-lah. Orang lajang juga umumnya ditemukan lebih menghargai pekerjaan yang sedang dilakoninya tanpa perlu khawatir akan keharmonisan hubungan dengan pasangan.
(asr)