Pandemi Covid-19 cukup mengubah pola hidup manusia, terutama dalam menghasilkan limbah. Penggunaan masker dan peralatan medis lainnya meningkat.
Limbah ini juga ditambah dengan peningkatan belanja online dari rumah yang menambah hasil sampah rumahan setiap orang.
Insinyur Lingkungan, Yuyun Ismawati melaporkan bahwa berdasarkan informasi yang ia dapat dari data rumah sakit dan ragam acara diskusi, secara umum limbah medis sendiri meningkatkan 30 persen dari masa normal sebelum pandemi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak banyak yang merinci, tapi kemungkinan paling banyak berupa APD [alat pelindung diri] karena tidak bisa dipakai ulang," ungkapnya dalam webinar bertajuk 'Limbah Lagi, Limbah Lagi.
Di tengah permasalahan itu, Yuyun menyatakan bahwa sebagian besar publik mengkhawatirkan penyebaran penyakit Covid-19 berpindah lewat limbah.
"Yang dikhawatirkan itu tidak perlu ditanggapi berlebihan karena virusnya hanya menempel di benda keras sekitar dua hari. Dan penularan Covid-19 itu lewat aerosol serta jarak yang dekat satu orang dengan lainnya, bukan sentuhan dengan sampah," kata Yuyun.
Dia juga mengungkapkan bahwa sejauh ini pun belum ada bukti ada petugas sampah yang terpapar dari limbah.
Hanya saja, Yuyun menganjurkan untuk mengikuti saran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyarankan agar limbah medis Covid-19 dipisahkan dan diendapkan lebih dulu selama dua hari.
Setelah itu, limbah bisa dicampur karena virus diharapkan sudah mati.
"Penanganan limbah medis untuk di rumah pasien ODP dan PDP, dapat melakukan praktik tersebut, di mana harus ada fasilitas sampah transit selama dua hari. Setelah dua hari, limbah bisa dibawa ke fasilitas pengolahan akhir atau umum," paparnya.
Terlepas dari pengolahan limbah medis, Praktisi Go Green, Ranie Untara pun mengajak masyarakat untuk mengolah limbah rumahan yang meningkat di masa pandemi. Tak dipungkiri, pandemi mendorong sebagian orang berbelanja kebutuhan hingga makanan via online.
Bungkusan paket, mungkin menjadi salah satu limbah yang bertambah di rumah.
"Limbah di rumah tangga itu cukup banyak kalau enggak dikelola baik bisa bahaya. Bahkan dulu sempat ada kasus karena mencampurkan sampah organik dengan sampah kering bisa timbul ledakan. Jadi jangankan limbah medis yang sedang ramai, kalau kita enggak aware itu juga bisa akibatkan hal yang lebih buruk," kata Rannie.
Untuk menangani hal ini, Rannie memberi tips mengolah limbah rumahan.
Menurut Rannie, hal sederhana yang bisa dilakukan yakni memisahkan sampah kering dan basah. Sampah basah kelak dapat diolah menjadi kompos yang berguna untuk tanaman.
Sementara sampah kering bisa dikumpulkan lalu disumbangkan ke bank sampah yang mendaur ulang sampah seperti botol, kertas, serta plastik.
"Kita belum bisa andalkan pemerintah untuk masalah waste management, makanya kita bisa pilah sampah dari rumah. Kalau misalnya setiap rumah punya pemikiran seperti ini, masalah sampah akan beres," katanya.
Ketika membeli kebutuhan rumah tangga, Rannie menyarankan membelinya dari toko curah dan membawa wadah sendiri.
"Ada beberapa toko untuk membeli sabun, sampo dan sebagainya dalam bentuk isi ulang. Jadi kita bisa menggunakan wadah sendiri.
Kala memesan makanan via online, Rannie menyarankan agar meminta untuk tidak menggunakan plastik sekali pakai, garpu sendok plastik, hingga saus sachetan.
"Saus sachet walaupun kecil tapi kalau jumlahnya banyak ya akan menumpuk. Lagipula, saat di rumah kita biasanya pun sudah ada saus botolan, sehingga sebaiknya minta tanpa saus sachetan dan garpu sendok plastk," katanya.