Menengok Dampak Pandemi pada Pelayanan Penyakit Selain Corona

CNN Indonesia
Jumat, 08 Jan 2021 18:02 WIB
Kasus corona yang semakin meningkat membuat banyak rumah sakit jadi rujukan penanganan Covid-19. Bagaimana dengan pelayanan terhadap pasien penyakit lain?
Ilustrasi. Kasus corona yang semakin meningkat membuat banyak rumah sakit jadi rujukan penanganan Covid-19. (Istockphoto/sudok1)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kasus Covid-19 yang terus meningkat membuat banyak rumah sakit jadi rujukan penanganan penyakit yang tengah menjadi pandemi tersebut.

Tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) ruang intensive care unit (ICU) di beberapa rumah sakit pun terisi hampir 100 persen. Salah satunya terjadi di Surabaya, Jawa Timur.

"Informasi yang kami dapatkan dari teman sejawat di Surabaya mengatakan ICU sudah 100 persen terisi," kata Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaidi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (6/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rumah sakit yang penuh ini menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat, khususnya pasien penyakit kronis lain yang harus menjalani pengobatan rutin ke rumah sakit.

CNNIndonesia.com mencoba mencari tahu dampak penuhnya rumah sakit terhadap pasien penyakit kronis dengan mewawancarai keluarga dan pasien dengan penyakit kronis.

Dewi, salah satu pasien kanker payudara, harus rutin menjalani kemoterapi. Rumah sakit tempatnya menjalani kemoterapi rutin menjadi salah satu rujukan Covid-19.

Rasa takut jelas muncul dalam perasaan Dewi. "Ya, takut. Tapi, mau bagaimana lagi. Kemoterapi itu harus," kata dia kepada CNNIndonesia.com, Kamis (7/1).

Dewi sempat berkonsultasi pada dokter yang menanganinya. Sang dokter memastikan bahwa kemoterapi tetap aman untuk dijalani. Pasalnya, lokasi ruang isolasi pasien Covid-19 berada jauh dari ruang kemoterapi.

"Kemoterapi ini ada jadwal pastinya. Saya mau enggak mau, tetap harus mengikuti itu, meski sebenarnya takut," kata Dewi mengeluh.

Sementara Ginanjar, pasien kanker lainnya, mengaku tak terlalu takut untuk menjalani kemoterapi selama masa pandemi. Ginanjar sendiri menjalani kemoterapi di salah satu rumah sakit swasta di kawasan Jakarta Selatan.

Ginanjar, yang divonis kanker paru pada medio 2020 lalu, merasa tak menemukan hambatan berarti selama menjalani kemoterapi. Baginya, yang penting adalah sikap optimistis dan pikiran yang positif.

"Kalau kita ketakutan banget, bisa-bisa badan semakin drop," kata Ginanjar.

Lagi pula, Ginanjar tak mau kelewatan jadwal rutin kemoterapi. "Kalau sekali aja jadwal kemoterapi terlewat, pengobatan bisa terhambat," katanya.

Hal yang salah juga diungkapkan Mulyani, salah satu keluarga pasien gagal ginjal. Mulyani mengaku tetap mendapat ruang di rumah sakit untuk perawatan suaminya yang mengalami gagal ginjal. Sang suami harus menjalani terapi dialisis sebagai perawatan gagal ginjal di salah satu rumah sakit di Jawa Timur.

"Alhamdulillah, sejauh ini tidak ada kesulitan selama pandemi. Jadwalnya sudah disusun sedemikian rupa," kata Mulyani kepada CNNIndonesia.com.

Mulyani menjelaskan, suaminya tetap menjalani perawatan meski rumah sakit dipenuhi pasien Covid-19. Pasalnya, lokasi terapi dialisis berbeda dengan ruang isolasi untuk pasien Covid-19.

"Covid-19 beda sendiri ruangnya cukup jauh dari poli dialisis. Jadi kami tetap sesuai jadwal, karena kalau enggak bisa fatal akibatnya," kata Mulyani.

(ptj/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER