Status sembuh atau dinyatakan negatif dari Covid-19 tak menjamin pasien benar-benar terbebas dari dampak virus corona.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyebut, ada sebagian pasien yang pulih dan kesehatan sepenuhnya normal.
Namun ada pula yang mengalami gejala jangka panjang mulai dari berminggu-minggu hingga berbulan-bulan atau yang disebut sebagai long Covid-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dokter Adam Prabata, yang juga kandidat PhD Medical Science Kobe University menjelaskan bahwa hingga saat ini belum ada definisi pasti mengenai long Covid-19.
"Sebuah studi menyebut long Covid-19 terjadi saat masih ada gejala setelah satu bulan. CDC mengatakan long Covid-19 itu konsekuensi jangka panjang bagi penyintas Covid-19. Hingga saat ini belum ada kesepakatan mengenai itu," kata Adam dalam bincang @covidsurvivor.id, akhir pekan lalu.
Ia kemudian menuturkan bahwa tiap orang yang mengalami Covid-19 berisiko mengalami long Covid. Namun ada beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko long Covid-19.
1. Memiliki lebih dari lima gejala Covid-19 ada minggu pertama terinfeksi
2. Memiliki gejala yang berat
3. Usia yang lebih tua
4. Punya indeks massa tubuh yang lebih besar atau kegemukan.
5. Memerlukan bantuan oksigen
Sebagaimana dikutip dari laman CDC, gejala long Covid-19 yang umum dilaporkan di antaranya:
- lemas
- napas pendek
- batuk
- rasa sakit di persendian
- sakit pada dada
- sulit berpikir atau konsentrasi (brain fog)
- depresi
- sakit pada otot
- sakit kepala
- demam
- jantung berdebar (palpitasi jantung)
Kemudian untuk komplikasi lebih serius jarang dilaporkan. Komplikasi akan terjadi pada organ-organ lain, termasuk:
- kardiovaskular, inflamasi pada otot jantung
- pernapasan, fungsi paru-paru abnormal
- ginjal, cedera ginjal akut
- dermatologi, ruam kulit, rambut rontok
- sistem saraf, masalah penciuman dan pengecap, masalah tidur, sulit konsentrasi dan gangguan memori
- kesehatan mental, depresi, cemas, perubahan mood
Hingga kini, para ahli belum mengetahui penyebab long Covid-19. Saat dilakukan pemeriksaan dengan rontgen dada, CT Scan, atau tes lain untuk mengetahui penyebab potensi efek Covid-19 jangka panjang, hasilnya sering negatif.
"Bukti objektif pada pencitraan diagnostik, sesuatu yang akan menjelaskan gejala, muncul pada sejumlah kecil pasien yang kami lihat. Kami melakukan semua pemeriksaan ini, dan sangat sedikit yang kembali dengan temuan positif," kata Allison Navis, ahli saraf di Mount Sinai Center for Post-Covid Care, New York City, dikutip dari Healthline.
Meski demikian, pasien tetap memerlukan dukungan untuk mengendalikan gejala dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Dokter unit gawat darurat di Lenox Hill Hospital, New York City, Robert Glatter mengatakan long Covid-19 bakal berdampak pada fisik maupun psikis pasien.
"Memiliki sumber daya yang tepat sangat penting untuk membantu pemulihan di bulan-bulan yang menyakitkan dan panjang setelah infeksi akut," katanya.
(els/agn)