Isra Miraj merupakan salah satu momen penting dalam perjalanan spiritual dan syiar Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya. Kisah Isra Miraj mengilhami dirinya untuk lebih giat dalam syiar Islam.
Muhammad SAW terlebih dahulu melakukan perjalanan Isra, dari Masjidil Haram menuju Baitul Maqdis. Kemudian, ia melanjutkan perjalanan Miraj dengan menggunakan buroq ditemani malaikat Jibril.
Dalam perjalanan Miraj ke langit ke tujuh untuk berjumpa dengan Allah SWT, nabi Muhammad SAW bertemu nabi-nabi terdahulunya, berbeda nabi di setiap lapisan langit.
Di langit pertama, Rasul bertemu Nabi Adam. Selanjutnya, di langit kedua Rasul bertemu Nabi Yahya dan Nabi Isa. Di langit ketiga, ia berjumpa dengan Nabi Yusuf.
Perjalanan dilanjutkan ke langit keempat dan Rasul bertemu dengan Nabi Idris, sementara di langit kelima Ia berjumpa dengan Nabi Harun. Di langit keenam Rasul bertemu Nabi Musa, dan di lapisan langit ketujuh ia bertemu Nabi Ibrahim.
![]() |
Di setiap pertemuan, Muhammad SAW dan para Nabi bertukar salam. Dilansir dari NU Online, dikisahkan Nabi Musa menangis ketika Rasul menghampirinya di langit keenam.
Kelanjutan Kisah Isra Miraj tersebut, Rasul bertanya pada Nabi Musa, kenapa dirinya menangis.
"Aku menangis, karena ada orang yang lebih muda diutus setelahku, tapi umatnya lebih banyak yang masuk surga daripada umatku," jawab Musa.
Nabi Musa menangis bersedih saat tahu jumlah umatnya lebih sedikit daripada umat Nabi Muhammad SAW. Padahal, Nabi Musa tahu bahwa waktu yang diberikan padanya lebih banyak dari Muhammad SAW. Kisah tersebut tertulis dalam kitab Umdatul Qari.
"Musa menangis karena merasa sedih atas umatnya. Jumlahnya lebih sedikit dibanding umat Muhammad, dan keutamannya kalah dari Nabi Muhammad" (Syekh Badruddin Ahmad al-Aini, dalam kitab Umdatul Qari).
Tangis dan sedih Nabi Musa bukan didasari rasa iri, melainkan tangis penyesalan, tahu umatnya banyak membangkang dan melanggar perintah Allah SWT.
![]() |
Nabi Musa menyesal tidak dapat memanfaatkan usianya yang lebih panjang dari Muhammad SAW untuk mengajak umatnya patuh kepada Allah SWT. Nabi Musa merasa gagal membina umatnya.
"Dikatakan bahwa, Musa menangis bukan karena hasud (iri). Naudzubillah! Di alam itu tidak ada lagi sifat hasud bagi tiap-tiap orang Mukmin, terlebih hamba pilihan Allah. Musa hanya merasa menyesal karena tidak bisa meraih pahala yang seharusnya bisa mengangkat derajatnya di sisi Allah SWT," (Syekh Badruddin Ahmad al-Aini, dalam kitab Umdatul Qari).
Kisah Isra Miraj tersebut mengandung hikmah bagaimana begitu hebatnya pencapaian Nabi Muhammad SAW dalam mensyiarkan Islam ke umatnya.
Kisah tersebut mengajarkan umat Muslim untuk selalu mengajak lingkungannya pada kebaikan dan meningkatkan iman Islam.
(fjr)