HARI TBC SEDUNIA

7 Mitos Seputar TBC yang Harus Dibongkar

CNN Indonesia
Rabu, 24 Mar 2021 16:10 WIB
Ilustrasi. Terdapat sejumlah mitos seputar TBC yang tidak benar dan masih berkembang di tengah masyarakat. (iStockphoto/Koldunov)
Jakarta, CNN Indonesia --

Setiap tahun, tepatnya pada 24 Maret, diperingati sebagai World Tuberculosis Day atau Hari Tuberkulosis Sedunia. Peringatan ini mengingatkan momen yang terjadi pada 1882, saat Dr. Robert Koch mengumumkan temuan bakteri penyebab tuberkulosis (TBC/TB), yang hingga kini masih jadi salah satu penyakit infeksi paling membunuh di seluruh dunia.

Sebagaimana dikutip dari laman Badan Kesehatan Dunia (WHO), tiap hari hampir 4ribu orang meninggal akibat TBC dan nyaris 28ribu orang terpapar bakteri penyebab TBC.

Tahun ini, Hari Tuberkulosis Sedunia mengambil tema "The Clock is Ticking" (waktu terus berjalan). Tema ini menyiratkan dunia yang seolah kehabisan waktu menindaklanjuti TBC. Dalam konteks masa pandemi, ada risiko perang melawan TBC jadi loyo.

Apa yang bisa kita lakukan? Salah satunya adalah memperkaya pengetahuan akan TBC sehingga tumbuh kesadaran akan bahaya TBC. Kemudian membongkar mitos-mitos TBC berikut sehingga tidak lagi ada misinformasi yang merebak di masyarakat.

Berikut 7 mitor seputar TBC yang harus dibongkar.

1. TBC adalah penyakit keturunan

"TB ini bukan penyakit keturunan tapi ketularan," ujar Arief Bakhtiar, dokter spesialis paru sekaligus pengajar di Universitas Airlangga (UNAIR), saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (23/3).

Selama ini orang menganggap TBC merupakan penyakit yang diturunkan dari keluarga yang pernah terinfeksi. Padahal, kata Arief, TBC ini penyakit infeksi yang ditularkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) dan sama sekali tidak berhubungan dengan genetik seseorang.

Anggapan bahwa TBC merupakan penyakit keturunan seringkali akibat pasien TBC memiliki anggota keluarga yang pernah terkena TBC. Arief menjelaskan, penularan TBC tidak sesederhana penularan Covid-19.

Ada tiga kunci yang menentukan paparan bakteri M. tuberculosis akan berujung pada infeksi yakni, jumlah paparan virus, daya tahan tubuh seseorang dan frekuensi interaksi seseorang yang pasien TBC. Keluarga pasien TBC merupakan pihak yang melakukan kontak erat dan sering sehingga tidak heran mereka rentan tertular dan terinfeksi TBC.

2. TBC hanya menjangkiti kalangan ekonomi rendah

Dokter spesialis paru dan pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Alfian Nur Rosyid, menegaskan penyakit TB bisa menyerang siapapun. Orang yang dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, maupun kaum 'high class' bisa saja tertular TB.

"Stigmanya TBC ini hanya menyerang kalangan ekonomi lemah, padahal high class juga ada. Bahkan tenaga kesehatan ada yang sakit TB karena merawat pasien TBC. TBC tidak pandang usia, jabatan," kata Alfian saat dihubungi terpisah.

Arief menambahkan ada kemungkinan stigma ini muncul akibat penularan TBC begitu tinggi di lingkungan pemukiman padat. Penularan TB sangat tinggi didukung sistem sirkulasi udara dan sanitasi buruk. Tidak heran prevalensi TBC tinggi di negara-negara berkembang.

Dia menjelaskan penyakit infeksi tidak lepas dari segitiga penyakit yakni, host (inang bakteri/virus/kuman yakni manusia), agent (penyebab penyakit) dan lingkungan. Ketiganya tidak bisa dipisahkan.

"Contohnya dari sisi host, kitanya, manusianya. Kita sudah dalam kondisi sehat lingkungan mendukung termasuk makanan. Tapi ternyata kekuatan kuman atau virulensi atau daya jahatnya tinggi, lalu bisa kena. Sebaliknya, kumannya biasa saja dari segi virulensi tapi dari sisi imun kita lemah, ya kena [infeksi] juga," jelasnya.

3. Penyakit TBC timbul akibat santet

Alfian masih menemukan ada orang yang menganggap TB adalah penyakit akibat guna-guna, santet atau ilmu hitam. Anggapan ini muncul karena gejala berupa batuk yang tidak kunjung sembuh meski sudah mengonsumsi beragam obat.

"Batuk darah terus mikir, jangan-jangan disantet. Batuk kok enggak sembuh-sembuh, dipikir-pikir apa keluar paku, keluar benda asing lain. Padahal TBC ini penyakit infeksi akibat bakteri," ujarnya.

7 Mitos Seputar TBC yang Harus Dibongkar


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :