Umat Katolik di seluruh dunia merayakan Jumat Agung pada Jumat (2/4) besok. Jumat Agung merupakan bagian dari Tri Hari Suci Paskah setelah Kamis Putih dan akan diikuti dengan perayaan Paskah.
Selepas perjamuan terakhir dengan para murid, perjalanan Yesus menuju salib semakin nyata. Lewat perayaan Jumat Agung, umat diajak untuk mengenang perjalanan sengsara hingga wafat Yesus di kayu salib.
Ini bukan perjalanan yang mudah. Ia justru diserahkan oleh murid-Nya sendiri, Yudas Iskariot. Yesus digiring ke hadapan Imam Besar Kayafas dan dituduh telah menghujat Allah. Seketika khalayak berteriak bahwa ia harus dihukum mati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hukuman mati hanya berhak dilakukan oleh pemerintah Romawi sehingga ia dibawa ke hadapan Pontius Pilatus. Bukannya bebas, Yesus malah diserahkan untuk disalib sedangkan Barabas, seorang penjahat, malah dilepas.
Perjalanan panjang, berat dan menyakitkan dimulai. Yesus harus memanggul sendiri salib-Nya hingga ke puncak Golgota. Dalam perayaan Jumat Agung, tiba saat Yesus wafat, umat berlutut dalam hening.
"Yesus telah menebus kita. Ia telah menebus kita dengan darah-Nya. Dengan nyawa-Nya. Ia pernah berkata: "Seorang sahabat sejati mempertaruhkan nyawanya bagi sahabat-sahabatNya."
St. Paulus dalam pengakuan imannya menyatakan: "Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai Kitab Suci (1 Kor 15:3)," kata Romo Yosep Lalu, rohaniwan Katolik sekaligus penulis, mengutip dari laman Komkat KWI.
Kematian Yesus menggenapi ramalan Nabi Yesaya. Namun, lanjutnya, Dia sendiri sudah menjelaskan makna hidup dan kematian dalam rencana Tuhan. Ini tertulis dalam Injil Matius (20:28), "Sama seperti anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, dan memberikan nyawanya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Jika Anda ingat, Yesus berseru dengan suara nyaring sebelum wafat. "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Daku". Romo Yosep menjelaskan bahwa seruan Yesus mewakili kita sebagai pendosa. Tuhan nyatanya tidak meninggalkan kita. Cinta-Nya mewujud lewat Yesus yang merelakan diri-Nya wafat, menebus dosa umat-Nya.
Tengok saja 1 Yoh 4:10 yang berbunyi "Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus anak-Nya sebagai perdamaian bagi dosa-dosa kita." Kemudian Roma 5:8 "Allah menunjuk kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."
"Apa jawaban/tanggapan kita terhadap cinta Yesus yang rela mempertaruhkan nyawa ini? Salah satu tanggapan yang pasti berkenan kepada Tuhan ialah kalau kita dapat mencontohi semangat-Nya yaitu senantiasa dapat "menebus" sesama kita, terlebih sesama kita yang tak berdaya, yang menderita, yang tersingkirkan dalam hidup ini," katanya.
(els/agn)