Demi Lovato baru saja mengumumkan bahwa dirinya adalah seorang non-biner, setelah sebelumnya menyatakan diri sebagai panseksual.
Apa itu non-biner?
Kajian gender mungkin jadi salah satu bahasan paling rumit, juga kontroversial. Betapa tidak, dewasa ini gender juga mengenal istilah non-biner, bukan laki-laki maupun perempuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian kalangan mungkin hanya mendefinisikan gender sebagai jenis kelamin yang umum seperti laki-laki atau perempuan. Namun, bagi sebagian lainnya, ada satu jenis gender lain, yakni non-biner.
Beberapa penyanyi papan atas seperti Sam Smith, Miley Cyrus, Brendon Urie, SIA, dan Kesha mengaku sebagai orang non-biner. Baru-baru ini, penyanyi asal Amerika Serikat, Demi Lovato juga mengaku non-biner.
Mengutip Healthline, non-biner cenderung digunakan sebagai panggilan untuk orang-orang yang tidak mengidentifikasi jenis kelaminnya sebagai laki-laki atau perempuan. Sementara WebMD mengatakan, non-biner ditujukan bagi setiap orang yang merasa tidak cocok berada di kelompok perempuan atau laki-laki.
Transgender mungkin bukan bagian dari orang non-biner karena mereka bisa menentukan jenis kelamin yang diinginkan, meski dengan prosedur medis. Namun, non-biner adalah bagian dari transgender.
Secara sederhana, orang non-biner menolak pandangan masyarakat yang mengkategorikan dirinya sebagai laki-laki atau perempuan.
Jennifer K. Bosson dalam bukunya The Psychology of Sex and Gender mengatakan orang non-biner dapat merasa memiliki dua atau lebih gender, atau tak merasa berada di antara gender manapun.
Orang-orang non-biner juga punya cara spesifik dalam berhubungan seks. Biasanya seorang individu non-biner akan memiliki preferensi seksual berbeda dari orang lain yang bukan biner. Komunikasi adalah kunci ketika berhubungan seks dengan individu non-biner.
Konsep non-biner dalam dunia medis dikenal sebagai disforia gender. Banyak orang dengan disforia gender punya keinginan kuat untuk mengekspresikan identitas gender mereka, entah itu maskulinitas, feminitas, gabungan dari keduanya, atau bahkan bukan termasuk di antaranya.
Meski konsep non-biner menuai perdebatan di beberapa kalangan masyarakat, orang dengan keyakinan ini tak bisa dibilang punya masalah kejiwaan. Walaupun terkadang orang dengan disforia gender memiliki masalah mental karena tekanan sosial.
"Disforia gender bukalah penyakit mental, tapi beberapa orang dapat mengembangkan masalah kesehatan mental karenanya," mengutip NHS.
(mel/asr)