Tianmen Shan adalah lengkungan tebing karst raksasa di wilayah Hunan, China.
Mengutip Atlas Obscura, dokumen Tiongkok kuno mencatat bahwa seluruh bukaan yang terbentuk ketika bagian belakang gua besar runtuh pada 263 Masehi.
Setelah peristiwa dahsyat itu, nama gunung itu diubah menjadi Tianmen Shan - "Gunung Gerbang Surga."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Legenda lokal menyebut fenomena geologi yang menakjubkan ini sebagai hubungan antara Bumi dan alam para dewa.
Pengunjung bisa mendaki 1.219 meter ke atas 999 anak tangga batu, yang sering diselimuti kabut halus, hingga mencapai puncak gunung.
Pondok kayu di sepanjang jalan menawarkan tempat untuk beristirahat dan melihat pemandangan luar biasa di bawah dan di atas.
Jika Anda tidak ingin mendaki ke pintu masuk surga, wisatawan dapat menaiki skytram sepanjang 7,2 kilometer yang digantung di atas hutan berbatu dan ngarai yang diselimuti kabut.
Untuk benar-benar mendapatkan pemandangan "mata dewa", jalur ke atas juga mencakup jalur kaca sepanjang 60 meter yang dibangun di sisi gunung.
Candi Borobudur bukan sekadar objek wisata sejarah dan situs religi yang Instagramable. Banyak peneliti dari dalam dan luar negeri yang datang ke sini untuk mengeksplorasi arsitektur sampai seni pahatannya.
Candi Borobudur yang diperkirakan didirikan pada sekitar 800 Masehi merupakan tempat yang disakralkan umat Buddha dan merupakan kuil Buddha terbesar di dunia. Selama restorasi pada awal abad ke 20, ditemukan dua candi yang lebih kecil di sekitar Borobudur, yaitu Candi Pawon dan Candi Mendut.
![]() |
Candi Pawon berada 1,15 km dari Candi Borobudur, sementara Candi Mendut berada 3 km dari Candi Borobudur.
Terdapat kepercayaan bahwa ada hubungan keagamaan antara ketiga candi tersebut, namun masih belum diketahui secara pasti proses ritualnya.
Ketiga candi membentuk rute untuk Festival Hari Waisak yag digelar tiap tahun saat bulan purnama pada April atau Mei. Festival tersebut sebagai peringatan atas lahir dan meninggalnya, serta pencerahan yang diberikan oleh Buddha Gautama.
Bagi para peziarah, masuk dan keluar Candi Borobudur tak cuma sekadar mengikuti papan petunjuk jalan.
Para peziarah masuk melalui sisi timur dan memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha.
Ketiga tingkatan itu adalah Kamadhatu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud).
(ard)