Selama ini keberadaan penyakit penyerta atau komorbid memperburuk kondisi orang yang terpapar Covid-19. Ini pula yang dikhawatirkan terjadi pada anak. Menurut pakar imunisasi Elizabeth Jane Soepardi, orang tua perlu memperhatikan aspek penyakit komorbid pada anak.
Dia menyarankan untuk anak dengan komorbid dan sedang dalam kondisi tidak stabil atau kambuh, sebaiknya jadwal vaksinasi ditunda. Lebih baik fokus mengendalikan komorbid, setelah stabil baru vaksinasi dilakukan.
"Kalau sedang kumat lalu divaksin, maka vaksinasinya bisa kurang efektif. Sayang," ujar Jane dalam diskusi virtual beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum menerima vaksin, Jane menyarankan orang tua agar memastikan anak tidak begadang demi tubuh fit keesokan harinya. Kurang tidur membuat tekanan darah dan gula darah naik. Akibatnya efektivitas vaksin berkurang. Paling tidak, anak tidur selama 6-8 jam saat malam sebelum besoknya menerima vaksin.
"Seringkali, terutama anak-anak begadang, ini kan sekolah tidak, mereka begadang dengan komputernya dia bisa begadang sampai malam-malam," ujar Jane.
IDAI tidak menganjurkan penggunaan vaksin pada anak dan remaja dengan beberapa kondisi yakni,
- defisiensi imun primer, penyakit autoimun tidak terkontrol, penyakit Sindrom Guillain Barre, mielitis transversa, acute demyelinating encephalomyelitis
- anak kanker yang sedang menjalani kemoterapi atau radioterapi
- sedang mendapat pengobatan imunosupresan atau sitostatika berat
- demam 37,5 derajat Celcius atau lebih
- sembuh dari Covid-19 kurang dari 3 bulan.
- pascaimunisasi lain kurang dari 1 bulan
- hamil
- hipertensi tidak terkendali
- diabetes melitus tidak terkendali
- penyakit-penyakit kronik atau kelainan kongenital tidak terkendali