Memilih Pembersih Udara Pencegah Covid-19

Menghirup udara bersih dan higienis merupakan keistimewaan di tengah masa pandemi Covid-19. Pembersih udara Blueair bisa memberikan keistimewaan ini.

Bayangkan saja anda pulang dari bepergian, entah bekerja atau mengurus sesuatu di luar rumah. Begitu kaki menginjak pekarangan berbagai protokol kesehatan dilakukan seperti menyemprot desinfektan, cuci tangan, hingga mandi. Setelah melakukan semuanya, aliran udara di ruangan rumah seringkali menyisakan kekhawatiran penularan virus.

Kekhawatiran ini wajar saja terjadi karena Covid-19 mudah menular. Metode penularan terjadi melalui droplet, aerosol, hingga fomites (menempel pada benda). Penularan melalui fomites mungkin efektif diatasi dengan menyemprotkan desinfektan, cuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer, dan mandi.

Tetapi penularan melalui droplet dan aerosol yang menjadi metode penularan paling tinggi, masih menyisakan kekhawatiran penularan ini. Nah, salah satu cara untuk mengatasi kekhawatiran ini adalah menggunakan pembersih udara.

Para ahli kesehatan termasuk US Environmental Protection Agency (EPA) dan CDC menyarankan penggunaan pembersih udara berbasis HEPA di ruangan tertutup, terutama jika ventilasi rumah kurang baik. Penggunaan ini dapat mengurangi konsentrasi jumlah airborne virus.

Apalagi selama pemberlakuan pembatasan aktivitas kita menghabiskan sekitar 90% waktu sehari-hari di dalam ruangan. Risiko penularan pun menjadi sangat tinggi jika kita tidak memperhatikan kondisi udara di dalam ruangan. Pembersih udara ini dapat menjadi upaya complimentary yang patut dijalankan seiring dengan protokol kesehatan lainnya.

Tetapi memilih pembersih udara yang tepat tidak bisa dilakukan sembarangan. Association of Home Appliance Manufacturers (AHAM) di AS melakukan pengujian terhadap lebih dari 300 pembersih udara dan mempublikasikan hasil performa udara bersih Clean Air Delivery Rate (CADR) setiap kuartal. Hasil CADR menentukan luas ruangan yang dapat dibersihkan oleh pembersih udara tersebut.

Selain itu, pastikan pembersih udara yang dipilih berbasis HEPA dengan standar efisiensi filtrasi minimal dapat menyaring 99,97 persen partikel, termasuk virus dan bakteri, sampai ukuran sekecil 0,3 mikron, yang merupakan ukuran partikel yang paling sulit ditangkap. Walaupun virus SARS-CoV-2 memiliki ukuran diameter sekitar 0,1 mikron, perlu diperhatikan pula apakah pembersih udara yang dipilih sudah memiliki hasil uji dari lembaga independen atas efisiensinya dalam menghilangkan virus SARS-CoV-2 dari udara.

Jangan hanya tergoda fasilitas teknologi seperti ozonizer, ionizer, plasma cluster, UV, dan lainnya. Pastikan pembersih udara yang dipilih aman, bebas dari ozone, sesuai diuji dan disertifikasi oleh AHAM atau California Air Resources Board (CARB). Pasalnya kurang cermat memilih berbagai teknologi berlebihan memiliki risiko bahaya lain seperti seperti kanker, gangguan paru-paru, dan lainnya.

Higienis Indonesia memperkenalkan Blueair, pembersih udara yang memiliki keunggulan penyaringan partikel termasuk PM1, PM2,5, PM10 beserta virus dan bakteri berukuran hingga sekecil 0,1 mikron. Pembersih ini juga mampu menyerap gas-gas beracun seperti VOC dan formaldehyde, juga pembasmian kuman dari udara. Bahkan, pembersih udara Blueair HealthProtect seri 7400 sudah diuji di laboratorium independen, efektif menghilangkan 99.99 persen virus SARS-CoV-2 dari udara.

Menggunakan teknologi HEPASilent pada semua tipe pembersih udaranya, ini adalah beberapa jenis pembersih udara Blueair yang dapat Anda sesuaikan dengan kebutuhan ruangan Anda: Blueair Blue 3210 untuk ruangan seluas 17m2, Blueair Classic 490i untuk ruangan seluas 40m2, Blueair HealthProtect 7710i untuk ruangan seluas 62m2, hingga Blueair Pro XL untuk ruangan seluas 110m2.