Pelesir 'Sultan' China: Glamping bareng Hermes & Beli Pesawat

CNN Indonesia
Sabtu, 04 Sep 2021 09:38 WIB
Turis-turis kaya di China masih enggan wisata ke luar negeri, karena takut tertular virus corona dan dianggap mengecewakan. Wisata ke desa jadi pilihan.
Pemandangan Chengdu, salah satu destinasi wisata favorit para turis kaya di China selama pandemi. (Istockphoto/SeanPavonePhoto)

Semakin banyak turis kaya yang beli pesawat

Perjalanan udara pribadi juga semakin laris manis selama pandemi di China.

"Kami melihat banyak klien baru -- mungkin mereka tidak menggunakan jet pribadi sebelum Covid-19 karena maskapai komersial cukup mudah. Sekarang, mereka ingin bepergian secara pribadi karena lebih aman, lebih cepat (dalam hal menunggu tes Covid-19), dan bisa memiliki akses ke semua bandara yang berbeda," kata Howard dari L'VOYAGE.

"Kami bahkan telah melihat banyak pertumbuhan dalam hal klien membeli pesawat mereka sendiri setelah mencarter jet pribadi selama beberapa waktu."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pola ini, katanya, mengingatkannya pada momentum industri setelah wabah SARS pada tahun 2003.

"Pada saat itu, penerbangan swasta mendapat banyak visibilitas dan, sekali lagi, kami mendapatkan lebih banyak perhatian."

Dan sementara pelanggan inti mereka di China terus menjadi pelancong bisnis, Howard juga mengamati perubahan dalam kebiasaan bepergian.

"Sering kali kombinasi -- misalnya, klien kami mungkin pergi ke Sanya untuk pertemuan bisnis lalu bertemu keluarga untuk liburan beberapa hari."

This photo taken on May 23, 2021 shows a visitor at the adventure park of Canton Tower in Guangzhou, China's southern Guangdong province. - Walking tightropes, rappelling down a four-storey-high rope tunnel, sitting in a dangling basket 58 floors high -- tourists have been steeling their nerves for adrenaline-filled challenges in a new assault course at the top of China's tallest TV tower. (Photo by NOEL CELIS / AFP)Pendakian di menara TV tertinggi di China. (AFP/NOEL CELIS)

Ke luar negeri tetap jadi gaya hidup

Mengenai destinasi wisata, Howard mengatakan klien perusahaannya lebih memilih untuk menjelajahi tempat-tempat yang jauh -- seperti Yunnan, Tibet atau Xinjiang -- yang membutuhkan investasi waktu yang lebih besar.

"Sebelum pandemi, ada alternatif internasional karena orang bisa pergi ke luar negeri. Tapi sekarang, kita melihat para pelancong elit memilih tujuan dengan udara bersih yang bagus, pemandangan yang indah ... seperti pegunungan yang indah di daerah Yunnan."

"Anda membutuhkan lebih dari dua hingga tiga hari di tempat-tempat yang penuh petualangan ini. Anda perlu waktu untuk menjelajah, mendaki gunung, atau memiliki pengalaman budaya."

Ke mana pun pelancong elit China pergi, Howard mengatakan wisata kuliner adalah persyaratan utama.

"Elemen makanan selalu sangat penting bagi pelanggan kami karena, secara budaya, orang Tionghoa bersosialisasi di sekitar meja makan," jelasnya.

"Tempat seperti Sichuan adalah contoh yang baik karena memiliki makanan yang enak, serta cara menanam dan memproduksi bahan yang otentik. Jadi, klien kami mungkin ingin mengunjungi pertanian organik untuk mempelajari lebih lanjut tentang cara menanam, kembali ke alam, dan menikmati udara segar."

Sementara para pelancong berpenghasilan tinggi lebih gemar menjelajah di dalam perbatasan China selama pandemi, Dragon Trail mengatakan ada banyak permintaan terpendam untuk perjalanan internasional.

Parulis-Cook mengharapkan para pelancong kaya dan berpengalaman di China untuk kembali ke luar negeri segera setelah merasa lebih aman.

"Wisata domestik memang digemari, tapi wisata ke luar negeri sudah menjadi gaya hidup mereka," kata Parulis-Cook.

"Namun, pembatasan saat ini membuat perjalanan keluar tidak menarik. Bukan hanya merepotkan tetapi juga terlihat buruk dan tidak bertanggung jawab."



(ard)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER