Tak hanya efek euforia, tanaman kratom juga mampu mengatasi nyeri. Pada dosis rendah hingga sedang (1-5 gram) serbuk daun kratom memiliki efek stimulan ringan. Kemudian dosis lebih tinggi (5-15 gram) efeknya seperti opiat di mana ada efek analgesik dan sedatif.
Dalam penggunaan dosis tinggi atau sekitar 5-15 gram, tanaman kratom akan menimbulkan efek sedatif. Artinya, kratom mampu bekerja layaknya obat penenang atau antidepresan.
Sebagaimana dilansir Alodokter, kratom pun dianggap bisa meredakan gangguan cemas dan depresi. Kemudian efek antipsikotik kratom mampu mengatasi halusinasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati ada beragam manfaat dari tanaman kratom, sejumlah negara menetapkan peredaran kratom merupakan sesuatu yang ilegal. Bahkan BNN memasukkan kratom sebagai narkotika golongan I oleh Komite Nasional Perubahan Narkotika dan Psikotropika pada 2017.
Penetapan ini jelas bukan tanpa alasan, ada potensi bahaya yang mengintai.
Dalam sebuah riset ada sejumlah efek yang tidak diharapkan dari penggunaan tanaman kratom dalam dosis tinggi (lebih tinggi atau sama dengan 5 gram) dan sering (lebih dari 22 kali per minggu).
- Efek jangka pendek berupa mual, sulit buang air besar, gangguan tidur, disfungsi seksual temporer, gatal-gatal dan berkeringat.
- Efek jangka panjang, penggunaan dalam waktu lama akan menimbulkan diuresis, anoreksia, mulut kering, kulit lebih gelap, rambut rontok, juga adiksi.
Saat konsumsi kratom disetop, timbul gejala putus obat antara lain, mual, palpitasi, hilang selera makan, irritability (sensitif), gelisah, perubahan mood, diare, rhinorrhea (keluar cairan dari hidung), myalgia dan arthralgia (peradangan pada sendi) juga tremor.
- Kematian, saat konsumsi tanaman kratom dipadu dengan beberapa bahan lain maka menimbulkan efek toksik dan mematikan seperti, o-desmethyltramadol, profilheksedrin, obat flu dan benzodiazepin, venlafaksin, difenhidramin, mirtazapine, zopiklon, citalopram, lamotrigin.
Tanaman kratom dipadu dengan propilheksedrin, misal, akan mengakibatkan kematian. Propilheksedrin kerap ditemukan pada dekongestan inhaler.
(els/agn)