Hidup Nader Shah, seorang pencukur rambut di Herat, kota kota terbesar ketiga di Afghanistan, berubah sejak Taliban kembali berkuasa.
Dulunya Shah biasa memberikan gaya rambut quiff, mohawk, dan lainnya. Namun saat Taliban berkuasa pada pertengahan Agustus lalu, warga Afghanistan memiliki sedikit uang untuk dicadangkan dan takut dihukum karena melakukan pemotongan pendek atau modis.
"Sebelumnya, orang-orang datang dan meminta gaya rambut yang berbeda, tapi sekarang tidak seperti itu lagi," kata Shah, di salon cukurnya, dengan cermin menutupi setiap dinding, dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bawah kepimpinan Taliban, kelompok garis keras ini melarang gaya rambut flamboyan dan memaksa pria menumbuhkan janggut, alasannya karena mencukur janggut dianggap tanda modernitas.
"Sekarang orang datang ke sini dan mereka hanya meminta potongan sederhana," kata Shah. "Mereka juga tidak mencukur janggut mereka, jadi itu masalah sekarang."
Hal ini menyebabkan pendapatannya turun drastis, dari US$15 menjadi US5 dan US$7.
Lihat Juga : |
Mohammad Yousefi, tukang cukur rambut lainnya mengatakan bahwa dia harus menurunkan ongkos cukurnya secara drastis, dari US$6 ke US$1.
Yousefi mengatakan bahwa setelah kelompok garis keras Islam menguasai negara itu, "tiba-tiba orang ingin membuat diri mereka terlihat seperti Taliban".
"Ini tidak seperti Taliban yang modis, tetapi orang-orang tidak mencukur janggut mereka karena Taliban akan berhenti dan bertanya kepada mereka tentang hal itu," katanya. "Mereka mengatakan itu tidak dalam hukum syariah, dan laki-laki harus memiliki janggut dan rambut panjang."
(chs)