Secara umum efek samping adalah nyaris seimbang antara yang dapat Molnupiravir dan plasebo, yaitu 35 persen dan 40 persen. Menurut Tjanra, Molnupiravir diteliti pada pasien yang mempunyai setidaknya satu faktor risiko penyakut, atau yang biasa dikenal dengan komorbid.
"Yang paling sering adalah obesitas, diabetes melitus, penyakit jantung dan juga usia tua (>60 tahun)," kata Tjandra.
Pilihan Redaksi |
Pada April lalu, uji klinis obat Molnupiravir pada pasien yang dirawat di rumah sakit dihentikan karena tidak menunjukkan hasil yang baik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu April itu diputuskan penelitian diteruskan hanya pada mereka yang belum masuk rumah sakit, yang hasilnya baru diumumkan 1 Oktober ini," ungkap Tjandra.
Sebagaimana dilansir Reuters, Merck dan perusahaan mitra, Ridgeback Biotherapeutics, tengah berupaya mendapatkan izin dari FDA supaya bisa digunakan di Amerika Serikat.
"Ini akan mengubah pembicaraan tentang bagaimana kita mengendalikan Covid-19," kata CEO Merck, Robert Davis.
Menurut peneliti senior di Pusat Perlindungan Kesehatan Johns Hopkins, Amesh Adalja, jika terbukti ampuh maka pil Molnupiravir bakal mengubah cara dunia menghadapi Covid-19 dan juga membuat persaingan di antara perusahaan farmasi dunia semakin tajam.
"Pengobatan saat ini tidak mudah dan cukup merepotkan dalam hal logistik. Sebuah obat berupa pil bakal mengubah semuanya," kata Adalja.
(agn)