Pasukan bersenjata Taliban kini berjaga di celah-cela tebing batu yang menganga yang terletak di Provinsi Bamiyan. Celah-celah pada tebing mirip gua itu dulunya pernah menampung dua patung kuno Buddha.
Diberitakan AFP, sejumlah monumen di Provinsi Bamiyan telah berdiri selama 1.500 tahun. Namun, peninggalan-peninggalan itu dihancurkan oleh Taliban pada 2001 lalu.
Ratusan anggota Taliban dari seluruh penjuru menghabiskan lebih dari tiga minggu untuk menghancurkan patung-patung yang diukir di sisi tebing. Hal itu memicu kecaman global.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Para Buddha dihancurkan oleh otoritas Taliban pada 2001," tulis di plakat perunggu yang dipasang di batu.
Salah satu anggota muda Taliban yang bernama Saifurrahman Mohammandi menyadari kecaman tersebut kala ditanya mengenai ide penghancuran patung Buddha bersejarah itu.
"Yah, saya tidak bisa berkomentar banyak. Saya masih sangat muda. Jika mereka melakukannya, Imarah Islam pasti punya alasan. Tapi yang pasti sekarang kami berkomitmen untuk melindungi warisan sejarah negara kami," kata Mohammadi.
Ia mengaku baru-baru ini berbicara dengan pejabat UNESCO yang melarikan diri ke luar negeri dan meminta mereka kembali ke Afghanistan.
Pejabat lokal dan mantan karyawan UNESCO mengatakan sekitar 1.000 artefak amat berharga yang pernah disimpan di gudang terdekat telah dicuri dan dihancurkan usai Taliban mengambilalih.
"Saya mengonfirmasi bahwa penjarahan memang terjadi, tapi itu terjadi sebelum kedatangan kami. Kami sedang menyelidiki dan kami berusaha untuk mendapatkan mereka kembali," kata Mohammadi.
Lembah Bamiyan berada di jantung Pegunungan Hindu Kush dan menjadi lokasi paling barat dari penyebaran agama Buddha.
Lokasi ini menjadi titik silang antara pengaruh Persia, Turki, China, juga Yunani selama berabad-abad dan meninggalkan jejak lingkungan luar biasa, yang sebagian besar belum terjamah.
![]() |
Patung-patung peninggalan era tersebut selamat dari serangan kaisar Mughal Aurangzeb pada abad ke-17.
Kini jejak mereka tergeletak di sekitar situs Bamiyan yang dipayungi tenda kanvas. Para ahli warisan dunia meragukan bahwa mereka akan dibangun kembali.
Meski begitu, rezim baru Taliban bersikeras ingin melindungi warisan arkeologis negara itu.
Dengan ekonomi negara yang terguncang, Taliban, disebut Direktur Delegasi Arkeologi Prancis Philippe Marquis, telah menyadari bahwa usaha melindungi warisan akan memberikan pendapatan rutin.
Bulan ini, proyek senilai US$20 juta itu akan diresmikan secara resmi. Proyek itu didukung oleh UNESCO.
"Sekarang kami harus melihat bagaimana ini akan berhasil. Pemerintahan saat ini ingin kami kembali bekerja sama. Tampaknya cukup aman," kata Marquis.
(afp, aud/end)