Usai Video Gunting Tas, Coach Janji Daur Ulang
Label fesyen mewah Coach mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi menghancurkan barang-barang yang rusak atau "tidak dapat dijual" yang dikembalikan ke tokonya. Keputusan ini diambil usai viral video TikTok yang mengklaim label tersebut dengan sengaja merusak dengan memotong atau menyilet produk-produk yang rusak, dengan alasan pajak.
Meski tak secara langsung menjawab tuduhan tersebut, namun coach dalam laman instagramnya menulis bahwa mereka tak akan menghancurkan barang.
Mereka telah "berhenti" menghancurkan barang rusak yang dikembalikan dari toko dan mereka akan berupaya untuk "mendaur ulang, dan menggunakan kembali produk yang berlebihan atau rusak secara bertanggung jawab."
Sebelumnya, viral video TikTok dari pengguna bernama Anna Sacks yang memfilmkan dirinya membuka kotak produk Coach yang tampaknya tidak dapat digunakan. Dalam video berdurasi satu menit itu, Sacks, yang menggunakan nama pengguna @thetrashwalker, mengatakan bahwa adalah kebijakan Coach untuk "memerintahkan seorang karyawan untuk dengan sengaja memotong (barang dagangan yang tidak diinginkan) sehingga tidak ada yang dapat menggunakannya."
Sacks mengatakan dalam video bahwa praktik tersebut adalah bagian dari "celah pajak" yang membuat merek menghapus produk "seolah-olah mereka tidak sengaja dihancurkan."
Dalam pernyataan yang diterima CNN, Coach membantah tuduhan soal pajak tersebut. Juru bicara Coach mengungkapkan bahwa perusahaan tersebut tak mendapat keuntungan pajak apapun untuk barang-barang yang dikembalikan di toko yang "rusak, cacat, usang, dan tidak dapat dijual dan tidak dapat disumbangkan, dan yang rusak di toko."
Sebelum Coach, label fashion mewah Burberry juga pernah terganjal hal yang sama. Pada 2018 lalu, Pada tahun 2018, Burberry mengumumkan bahwa mereka akan berhenti membakar barang-barang yang tidak terjual setelah ditemukan telah menghancurkan pakaian dan parfum senilai lebih dari US$36 juta pada tahun sebelumnya.
Praktik tersebut biasanya ditujukan untuk mencegah kelebihan stok dijual dengan harga lebih murah dan berakibat merusak eksklusivitas merek.