Penyebab Korban dan Tetangga Diam saat Alami KDRT
Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) layaknya fenomena gunung es. Mereka yang mengalami KDRT cenderung enggan melapor dan memilih diam.
Bukan hanya korban, tapi saksi termasuk para tetangga di lingkungan sekitar yang mengetahui perilaku KDRT ini juga melakukan hal sama tanpa berniat melaporkan tindakan kekerasan itu.
Berdasarkan catatan Komisi Nasional Perempuan yang diterbitkan Maret lalu, terdapat 6.480 laporan kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia sepanjang 2020. Tentu angka ini hanyalah jumlah korban yang berani melaporkan.
Tidak ada yang tahu jumlah kasus KDRT sebenarnya karena banyak korban atau lingkungan sekitar yang memilih diam dan tak melaporkan tindakan tersebut.
Sosiolog Universitas Sumatra Utara (USU) Harmona Daulay mengatakan, penyebab banyak kasus KDRT tak dilaporkan karena ada tekanan dalam diri korban yang membuatnya enggan dan takut melapor.
Sementara para tetangga - yang seharusnya dapat menjadi saksi - memilih sekadar jadi penonton lantaran pemikiran tak ingin terseret dalam persoalan rumah tangga orang.
"Biasanya hanya dibicarakan di belakang, bergosip, tanpa niat melaporkan, ini memang sudah jadi budaya umum di kalangan masyarakat," kata Mona saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (22/11).
Sementara, menurut Mona, penyebab korban enggan melapor kasus KDRT lantaran merasa harus menjaga keutuhan dan kehormatan atau citra pasangan mereka. Dia mengatakan bahwa hal ini justru banyak terjadi di lingkungan rumah tangga kelas menengah ke atas.
"Karena mereka merasa malu dan menganggap aib apa yang dialami, jadi ingin menjaga, kalau cerita atau lapor citra suami bisa rusak, begitu contohnya," papar Mona.
Sementara di kalangan menengah ke bawah, fenomena lapor-melapor justru lebih maju. Mona mengungkap bahwa di lingkungannya sendiri banyak tetangga atau bahkan korban yang meminta pertolongan atas kekerasan rumah tangga yang dialami.
Hal ini, lanjutnya, bisa jadi karena para korban yang berasal dari kaum menengah ke bawah tak memiliki beban status sosial yang harus dijaga dan dijunjung tinggi.
"Biasanya memang begitu, mereka akan melawan karena tak ada beban sementara kaum menengah ke atas bebannya banyak, terutama menjaga nama baik," katanya.
Apa penyebab utama KDRT?
Menurut Mona, KDRT bisa terjadi karena banyak faktor. Salah satunya adalah pola pikir misogini yang dianut suami.
Saat seorang suami adalah misoginis, dia cenderung menyakiti istri, bahkan hanya karena masalah sepele.
"Tak ada rasa menyesal, mereka [pelaku] biasanya malah merasa puas dan akan terus diulang," kata Mona
Misogini adalah perilaku membenci perempuan secara berlebihan. Biasanya, terjadi karena banyak faktor, mulai dari budaya patriarki, trauma masa lalu, hingga maskulinitas yang didoktrin sejak kecil.
Selain misogini, pasangan yang memiliki temperamen buruk dan masalah ekonomi juga menjadi beberapa faktor terjadinya kasus KDRT.
(tst/agn)