Tren boneka arwah atau spirit doll yang ramai di kalangan artis mendapat beragam respons dari ahli. Pasalnya boneka tersebut dianggap dan dirawat seperti layaknya bayi sungguhan.
Nurul Hartini, Profesor dan pakar psikologi Unair mengungkapkan fenomena tersebut perlu jadi perhatian tersendiri.Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (FPsi UNAIR) itu menyebut bahwa tindakan tersebut telah mengarah kepada perilaku yang tidak wajar.
"Ketika seseorang menganggap boneka tersebut hidup dan percaya bahwa mereka akan bertumbuh besar, maka hal itu telah keluar dari batas akal sehat. Perilaku tersebut menjadi keanehan tersendiri yang disebabkan oleh berbagai faktor," ungkap Nurul dalam pernyataan yang diterima CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Nurul mengungkapkan bahwa perilaku tersebut tak boleh didiamkan terus-menerus.
"Jika dibiarkan terjadi secara terus-menerus, maka akan berdampak terhadap kondisi kesehatan mental seseorang. Jika ketidakwajaran itu tidak segera dihentikan, maka berisiko pada keadaan psikopatologinya (ketidakstabilan fungsi kejiwaan yang meliputi indera, kognisi, dan emosi)," ungkapnya.
"Segala kondisi berisiko harus ditangani sedini mungkin agar tidak semakin sulit untuk mengembalikan kepada kondisi yang rasional dan realistis."
Diungkapkan dia, bagi sebagian orang, sebenarnya boneka bisa menjadi strategi pemulihan mental. Misalnya pada orang yang pernah kehilangan anaknya.
Dalam kondisi ini, boneka dianggap bisa jadi sarana terapi psikologi. Hanya saja, semuanya tak boleh dilakukan berlebihan dan tetap harus di bawah pendampingan psikolog atau psikiater.
Nurul mengungkapkan bahwa sebaiknya boneka ini tak diperlakukan secara spesial termasuk diperlakukan seperti manusia.
Jika orang terdekat Anda menunjukkan perilaku tersebut, maka ada baiknya untuk mencari tahu alasannya. Jika alasan masih rasional maka, Nurul mengungkapkan perilaku tersebut masih dimaklumi.
Lain halnya ketika ketidakwajaran semakin jelas terlihat, yakni benar-benar menganggap boneka tersebut hidup, maka kita dapat memberi nasehat bahwa perilaku mereka mulai mengkhawatirkan.
"Bisa jadi mereka hanya mencari sensasi agar popularitasnya naik," kata dia.
"Kuncinya adalah rasional, realistis, dan proporsional. Selama tiga hal itu terpenuhi, maka kita senantiasa objektif dalam memikirkan, merasakan, dan melakukan segala hal."
(chs)