Komorbid Tak Terkendali: Arti dan Cara Pencegahan

CNN Indonesia
Senin, 24 Jan 2022 12:17 WIB
Sebanyak dua orang dilaporkan meninggal akibat Covid-19 varian Omicron dengan komorbid tak terkendali. Apa itu komorbid tak terkendali?
Sebanyak dua orang dilaporkan meninggal akibat Covid-19 varian Omicron dengan komorbid tak terkendali. Apa itu komorbid tak terkendali? ( iStockphoto)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebanyak dua orang dilaporkan meninggal akibat Covid-19 varian Omicron. Kementerian Kesehatan mengumumkan, dua orang yang meninggal termasuk kelompok lansia dengan kondisi satu orang belum divaksin, sedangkan lainnya memiliki komorbid tidak terkendali. Apa itu komorbid tak terkendali?

"Gejalanya berat. Yang satu usia 64 tahun belum divaksin, dan satunya 54 tahun sudah divaksin. Satu yang sudah divaksin punya beberapa komorbid yang tidak terkendali," ujar Nadia pada CNNIndonesia.com, Sabtu (22/1).

Melihat situasi ini, tentu varian Omicron tidak bisa dianggap sepele meski gejalanya terbilang lebih ringan dari varian Delta bahkan dalam beberapa kasus tidak menunjukkan gejala. Namun yang tidak boleh lepas dari perhatian adalah orang dengan komorbid.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Erlina Burhan, dokter spesialis paru, mengatakan komorbid sendiri merupakan penyakit penyerta yang sudah diderita pasien sebelum terinfeksi Covid-19. Dua komorbid yang kerap ditemukan pada pasien Covid-19 antara lain hipertensi atau penyakit darah tinggi dan diabetes melitus atau penyakit kencing manis.

"Komorbid tidak terkendali, misal penyakitnya hipertensi, kalau tekanan darahnya di atas 180/110, itu dikatakan hipertensinya tidak terkendali. [Kemudian] dikatakan terkendali kalau 120/80. Kalau sudah tua di bawah 150," jelas Erlina dalam konferensi pers bersama PDPI, Senin (24/1).

Orang dengan diabetes dikatakan komorbid tidak terkendali saat kadar gula darahnya di atas 200 (hasil pemeriksaan gula darah sewaktu). Ada pula pemeriksaan HbA1c (Hemoglobin A1c) yang dikatakan terkendali jika menunjukkan hasil di bawah 6,5.

Agus Dwi Susanto, ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), menambahkan ada pula penyakit penyerta yang berkaitan dengan paru seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru, tuberkulosis paru, dan asma. Penyakit-penyakit ini bisa berkontribusi pada perburukan pasien Covid-19.

Untuk mencegah perburukan gejala covid-19 dengan tambahan komorbid, pastikan untuk segera mengendalikan komorbid yang dimiliki. Salah satu caranya dengan memperbaiki pola hidup, konsumsi obat-obatan teratur, dan check-up ke dokter.

Sementara itu, Erlina mengatakan 2 kasus kematian akibat varian Omicron jadi pengingat bahwa sangat penting memenuhi dua kali vaksinasi primer lalu booster.

"Segera vaksin. Kita berkaca dari kasus meninggal. Lalu meski vaksin, ada komorbid, [komorbid dikendalikan]. Waspada untuk gejala-gejala yang mengarah ke Omicron seperti nyeri tenggorokan, batuk, pilek, kadang demam. Kalau terkonfirmasi positif, sebaiknya dirawat," imbuhnya.

(els/chs)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER