Mendalami OCD, Bukan Cuma Obsesif pada Kebersihan dan Kerapihan
Cap OCD atau Obsessive Compulsive Disorder kadang disematkan pada orang yang begitu memperhatikan soal kebersihan dan kerapihan.
Mungkin Anda punya teman yang suka menata buku sesuai ukuran, tidak tahan melihat potongan kue yang tak beraturan atau berusaha membuat tiap jengkal rumah selalu 'cling'.
Akan tetapi, dalam sebuah unggahan di media sosial, ada seorang dengan OCD tetapi lebih lekat pada aktivitas berulang. Aktivitas berulang ini salah satunya dia mengulang salat berkali-kali saat tengah malam. Kenapa bisa demikian?
Menurut Andri, dokter spesialis kedokteran jiwa RS EMC Alam Sutera, ada dua kata kunci untuk memahami OCD yakni pikiran obsesif dan perilaku kompulsif.
"Yang perlu dipahami, OCD merujuk pada satu jenis gangguan kejiwaan di mana ada pikiran obsesif dan perilaku berulang atau kompulsif," jelas Andri pada CNNIndonesia.com via pesan singkat, Senin (7/2).
"Nah, kondisi seperti ini sebenarnya bukan hanya berkaitan dengan kebersihan saja tetapi dengan gejala lain misal, menghitung berulang, mengecek berulang."
Pada orang tanpa OCD tetapi menyukai kebersihan dan kerapihan ini berbeda. Dalam istilah ilmu kedokteran jiwa, kondisi ini disebut kepribadian obsessive compulsive (OC).
Andri berkata ini bukan gangguan, melainkan kepribadian khusus. Kepribadian OC tidak mengganggu, hanya kadang orang dengan kepribadian ini terkesan lebih lambat dan lama dalam beraktivitas.
Kemudian jika bicara soal OCD, terdapat kata 'disorder' atau gangguan. Ini berarti pikiran obsesif dan perilaku kompulsif ini sudah sampai pada taraf mengganggu dan tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
"Kalau berkaitan dengan gejala [aktivitas] berulang, misal, pasien saya rata-rata enggak sanggup, enggak bisa tidur kalau belum bersih-bersih, beres-beres dan sudah sangat mengganggu. Mandi sampai 2-3 jam, buang air kecil enggak mau karena kotor [harus duduk di toilet] jadi nahan buang air kecil. Ini sudah tidak normal, bisa dianggap mengalami gangguan," paparnya.
Orang dengan OCD merasa harus melakukan sesuatu berulang misal, berkali-kali mengecek pintu dan jendela karena ada kecemasan nanti orang masuk saat tidur.
Aktivitas menghitung berulang karena cemas kalau ada salah perhitungan. Kemudian soal bersih-bersih, ada ketakutan akan penularan penyakit atau infeksi akibat bakteri hingga timbul rasa tidak nyaman kalau belum bersih-bersih secara berulang.
"Pada orang yang mengalami OCD, mereka sebenarnya tahu bahwa pikirannya enggak benar, orang sekitarnya juga bilang gitu, tapi dia sebenarnya tidak bisa atau tidak mampu mengurangi atau bahkan melawan pikiran-pikiran tersebut."
Perlu konsultasi dengan psikolog atau psikiater
Andri sangat menyarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga profesional misal psikolog atau psikiater jika merasa ada gejala yang mengarah pada OCD.
Anda mungkin menemukan orang dengan OCD seolah mendengarkan suara untuk mengulang aktivitas atau jika tidak diulang akan ada sesuatu buruk terjadi. Dia tidak menyarankan untuk diagnosis mandiri (self diagnosis) bahwa Anda mengalami OCD.
"Ada suara, bisikan, menyuruh-nyuruh melakukan sesuatu berulang, ini harus hati-hati karena ada yang kita sebut sebagai halusinasi atau ada suatu gangguan persepsi pendengaran sehingga orang bisa dengar, diminta melakukan sesuatu, itu disebut gangguan persepsi," papar Andri.
"Hati-hati, ini lebih sering terjadi pada pasien psikotik atau lebih sering pada pasien skizofrenia," ujarnya lebih lanjut.
Pada pasien OCD, kondisi gejala psikotik seringkali lebih berat.
Apa OCD bisa sembuh?
Andri berkata OCD bisa sembuh dengan pengobatan. Pasien harus mendapat pengobatan sesuai saran dan resep dokter sebab dosisnya jauh lebih besar daripada obat untuk pasien gangguan kecemasan dan depresi. Menangani OCD, lanjut dia, harus dengan obat.
Sementara itu, penyebab OCD tidak ada yang bisa memastikan. Namun Andri menyebut OCD banyak dipicu oleh peristiwa traumatik berat misal pengalaman kehilangan baik barang maupun orang dan stres berlebihan.
"Apa bisa dicegah? Enggak bisa, itu bagian dari proses dari pikiran dan perasaan, jadi jangan sampai stres berlebihan, mesti tahu pemicu [dan cara menurunkannya]. Mantra saya, ikhlas, sabar dan sadar. Ini yang perlu ditekankan," imbuhnya.
(els/agn)