Pandemi Covid-19 membawa pengaruh pada kesehatan mental. Dalam jangka pendek, pandemi bisa memicu cemas, serangan panik (panic attack), psikosomatis, perubahan pola makan dan tidur, sulit konsentrasi juga stres.
Psikolog klinis, Rena Masri menuturkan, jika stres dan aneka dampak jangka pendek tidak bisa dikelola, maka bisa timbul dampak jangka panjang seperti post traumatic stress disorder (PTSD) dan obsessive compulsive disorder (OCD).
"PTSD, misal, ada anggota keluarga meninggal, lebih dari satu kemudian timbul trauma, dibiarkan dan jadi berkepanjangan. Lalu mau keluar rumah cemas duluan, apa-apa disemprot, terus merasa takut kalau tidak dipulihkan bisa depresi. OCD, ke mana-mana cuci tangan tapi berlebihan. Sudah cuci tangan tapi merasa kurang akibat ada rasa cemas dan takut yang tidak dikelola," kata Rena saat diskusi media bersama Halodoc dalam rangka Hari Kesehatan Nasional, Rabu (11/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Bebas Stres dengan 1 Menit Yoga Tertawa |
Sebelum jadi gangguan mental, sebaiknya kenali lebih dini stres akibat pandemi. Pasalnya, tak banyak orang menyadari bahwa dirinya sedang dilanda stres. Rena menyebutkan beberapa ciri stres akibat pandemi seperti berikut.
- Overthinking, memikirkan segala sesuatu berlebihan juga cemas.
- Emosional, menjadi sensitif misal membaca berita tentang Covid-19, memicu kesedihan, bahkan sampai menangis.
- Gangguan kesehatan fisik seperti sakit kepala, rasa lelah berkepanjangan meski tidak melakukan aktivitas berat, lebih banyak berkeringat.
- Perubahan pola makan dan pola tidur.
- Menghindari sosialisasi, biasanya tekanan (stressor) berkepanjangan bisa mempengaruhi kepercayaan diri.
Menurut Rena, pada dasarnya stres bisa dihadapi dengan empat cara yakni, adapt (adaptasi terhadap tekanan), alter (mengubah respons), avoid (menghindari tekanan yang tidak perlu), dan accept (menerima hal yang di luar kontrol).
Adaptasi, misalnya mempraktikkan 3M, mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Untuk lebih aman, sepulang kerja atau dari luar rumah, Anda berganti busana dan mandi sebelum bertemu dengan anggota keluarga.
"Avoid, kita hindari kalau bisa dihindari. Misal, ada ajakan nongkrong bersama 10 teman, hindari saja daripada pulang memicu rasa cemas," kata Rena menyarankan.
Kemudian, Anda juga disarankan untuk mengubah respons terhadap segala stressor dengan menarik napas panjang. Terakhir adalah accept atau menerima bahwa ada hal-hal yang tidak bisa Anda ubah atau kontrol, sebagaimana yang terjadi pada kondisi pandemi saat ini.
Penerimaan akan kondisi pandemi tidak bisa dilakukan secara instan, tapi membutuhkan waktu dan latihan. Namun, Anda bisa mendukung proses penerimaan ini lewat beberapa upaya, seperti berikut:
- mengelola stres,
- pola pikir positif, selalu melihat dari sisi positif
- mencoba melakukan hal baru yang bisa memotivasi diri
- kreatif dan berpikir kritis
- relasi dengan pasangan yang sehat dan bahagia
- selfcare, paling mudah dengan memaksimalkan respons panca-indera, termasuk menggunakan aroma terapi, melihat foto liburan tahun lalu sehingga emosi teredam.
(els/asr)