Berat badan berlebih atau kondisi obesitas kerap dikaitkan dengan berbagai risiko kesehatan seperti tekanan darah tinggi, kolesterol, jantung, hingga stroke.
Sebuah studi terbaru bahkan mengungkap bahwa obesitas juga mempercepat penuaan otak atau penurunan fungsi kognitif.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, per 2016 lalu lebih dari 1,9 miliar orang dewasa berusia 18 tahun ke atas mengalami kelebihan berat badan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari jumlah tersebut lebih dari 650 juta orang dewasa mengalami obesitas. Pada 2016, 39 persen orang dewasa berusia 18 tahun ke atas mengalami kelebihan berat badan.
Sementara itu, sebuah studi yang dilakukan di Kanada menemukan, kelebihan berat badan dan kondisi obesitas dapat memengaruhi fungsi kognitif seseorang.
Sebagaimana dilansir Medical News Today, penelitian itu menemukan orang dengan jaringan lemak berlebih memperoleh skor yang lebih rendah dalam hal kecepatan pemrosesan saat dilakukan tes kognitif. Studi yang dilakukan di JAMA Network itu dilakukan terhadap sembilan ribu peserta.
Semua peserta melakukan dua tes kognitif , yakni Digital Symbol Substitution Test (DSST) dan Montreal Cognitive Assessment (MoCA) untuk menilai berbagai fungsi kognitif.
Para peneliti menyesuaikan skor untuk faktor risiko kardiovaskular, tingkat pendidikan, dan cedera otak vaskular yang terdeteksi MRI yang diketahui terkait dengan gangguan kognitif.
Hasilnya, para peneliti menemukan, lemak tubuh total yang lebih tinggi secara signifikan berkaitan dengan skor DSST dan MoCA yang lebih rendah.
Profesor dan direktur AD-CARE di University of Rochester Medical Center, Anton Porsteinsson mengatakan, studi cross-sectional ini menemukan bahwa kelebihan adipositas atau timbunan lemak dalam tubuh merupakan faktor risiko penurunan skor kognitif, terlepas dari faktor risiko kardiovaskular, tingkat pendidikan, dan cedera otak vaskular yang terdeteksi MRI.
Studi ini memperkuat temuan dari penelitian sebelumnya tentang orang dewasa yang lebih tua di Dublin, yang menemukan hubungan antara adipositas, terutama adipositas sentral, dan penurunan fungsi kognitif.
Meski demikian, studi ini tidak dapat membuktikan hubungan antara adipositas dan gangguan kognitif. Meski begitu, para penulis dalam penelitian itu menyebut peradangan mungkin berperan dalam gangguan kognitif pada mereka yang kelebihan berat badan atau obesitas.
Satu studi baru-baru ini yang melibatkan lebih dari 15 ribu orang menemukan protein C-reaktif plasma tingkat tinggi, penanda inflamasi, pada mereka yang memiliki BMI tinggi dan rasio pinggang-pinggul yang tinggi.
Ada juga mekanisme potensial lainnya, misal adipositas seringkali dapat berjalan seiring dengan kondisi kronis lainnya, seperti hipertensi.
Obesitas juga dapat dikaitkan dengan berkurangnya aliran darah ke otak, yang dapat meningkatkan risiko kerusakan mikroseluler vaskular, yang dapat menyebabkan penurunan skor tes kognitif.
(tst/agn)