Sejumlah penyintas Covid-19 melaporkan mengalami reinfeksi atau terinfeksi kembali di tengah penyebaran varian Omicron. Apa penyebabnya?
Reinfeksi Covid-19 adalah kondisi yang terjadi saat seseorang pernah positif Covid-19, lalu sembuh, dan terinfeksi kembali setelah beberapa waktu. Seseorang yang mengalami infeksi ulang bisa sudah divaksin dosis lengkap, sebagian, atau belum divaksinasi sama sekali.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Tjandra Yoga Aditama menegaskan bahwa mereka yang telah sembuh dari Covid-19 atau para penyintas, bisa kembali terkena varian Omicron
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada penelitian yang menyebut dua atau tiga atau lima kali lebih sering. Ada juga penelitian lain menunjukkan risiko relatif terinfeksi ulang 6,36 kali pada yang belum divaksin dan 5,02 kali pada yang sudah divaksin," kata Tjandra, seperti dikutip Antara.
Menurut penjelasan Tjandra, reinfeksi bisa dialami oleh orang yang sudah dosis lengkap bahkan booster vaksin Covid-19 karena efikasi vaksin tidak 100 persen.
"Jadi masih mungkin akan ada yang sakit yang disebut breakthrough infection yang derajatnya dinilai dalam bentuk breakthrough infection rate (B-Infection rate)," ungkap dia.
Mereka yang sudah divaksin lengkap tetap memiliki kemungkinan terinfeksi Omicron, hanya diharapkan tanpa gejala atau keluhannya ringan.
Lebih lanjut, Tjandra mengatakan, pemberian vaksin secara lengkap ditambah booster akan mampu mengurangi angka pasien dirawat di rumah sakit dan jauh mengurangi kemungkinan penyakit menjadi memberat.
"Pemberian vaksin secara lengkap ,apalagi kalau dengan booster akan secara bermakna mengurangi angka masuk rumah sakit dan jauh mengurangi kemungkinan penyakitnya jadi memberat," ujarnya.
Sementara, salah satu data yang tersedia mengenai reinfeksi Covid-19 berasal dari Washington State Department of Health (DOH). Berdasarkan data dari 1 September hingga 26 Desember, terdapat total 4.404 kasus reinfeksi ulang dari 264.520 kasus.
Sebanyak 223 orang atau 5,1 persen yang mengalami reinfeksi tersebut menjalani perawatan di rumah sakit. Sebanyak 0,1 persen atau 9 orang yang mengalami reinfeksi meninggal dunia.
Lebih dari setengah atau 2.640 orang (59.9 persen) orang yang mengalami reinfeksi tidak divaksin Covid-19.
Berdasarkan data ini, DOH menyimpulkan sejumlah faktor risiko risiko ulang meliputi:
1. Risiko tertular Covid-19 dari orang lain, kontak dekat dengan orang positif Covid-19 meningkatkan risiko reinfeksi
2. Status vaksinasi, penyintas yang tidak divaksinasi berisiko tinggi mengalami reinfeksi
3. Kondisi pasien, misalnya seperti memiliki komorbid dan daya tahan tubuh yang lemah.
DOH menyatakan risiko ini dapat berubah seiring waktu ketika kekebalan berkurang atau ketika varian baru muncul.
Disinyalir kehadiran varian Omicron juga ikut mempengaruhi tingginya reinfeksi ulang beberapa waktu terakhir.
(antara/agn)