Dorce Gamalama meninggal dunia di usia 58 tahun pada Rabu (16/2) pagi karena Covid-19. Dia diketahui juga tengah berjuang melawan komplikasi diabetes yang diderita selama beberapa waktu terakhir.
Berikut bahaya diabetes sebagai komorbid Covid-19 yang diidap Dorce Gamalama.
Diabetes menjadi salah satu komorbid yang paling banyak ditemukan pada pasien Covid-19. Komorbid sendiri merupakan penyakit penyerta yang sudah diderita pasien sebelum terinfeksi Covid-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasien dengan komorbid memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami dampak fatal. Diabetes baik tipe 1 dan tipe 2 dapat menyebabkan seseorang yang terinfeksi Covid-19 mengalami gejala yang parah. Diabetes yang tidak terkendali membuat gula darah tidak terkontrol. Kondisi ini bisa merusak sistem pertahanan tubuh.
Mengutip data dari laman Covid19.go.id, di Indonesia, diabetes menjadi komorbid kedua tertinggi terbesar setelah hipertensi. Disusul setelahnya penyakit jantung, penyakit paru obstruktif kronis, gangguan pernapasan lain, dan beberapa kondisi medis lainnya.
Tak hanya di Indonesia, mengutip jurnal Nature, survei epidemiologi dalam tingkat global menemukan bahwa pasien diabetes berisiko tinggi tertular Covid-19. Kelompok ini juga menjadi korban utama kematian akibat Covid-19.
Risiko kematian akibat Covid-19 bahkan disebut empat kali lebih tinggi pada pasien diabetes daripada non-diabetes.
Sebuah studi yang dilakukan terhadap 3.200 pasien menemukan, 34 persen dari 481 pasien yang meninggal dunia diketahui mengidap diabetes.
Demikian pula laporan dari Center for Disease and Prevention (CDC) Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa 11 persen pasien Covid-19 mengidap diabetes.
Diabetes merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi akibat gangguan kerja insulin. Lebih dari 425 juta orang di dunia mengidap diabetes. Diprediksi akan ada 629 juta orang di dunia pada 2045 mendatang yang mengidap diabetes.
Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mencatat prevalensi diabetes dari hasil pemeriksaan darah naik dari 6,9 persen pada 2013 menjadi 8,5 persen.
Sebagaimana dilansir Science Direct, kontrol glikemik yang buruk pada pasien diabetes memicu lemahnya respons imun terhadap Covid-19. Pada gilirannya, kondisi ini diprediksi mendukung masuknya virus ke dalam sel target yang menyebabkan peningkatan viral load.
Saat mengalami infeksi virus, penyakit yang dialami orang dengan diabetes akan lebih sulit diobati karena adanya fluktuasi darah dan kemungkinan komplikasi penyakit bawaan.
Imun tubuh yang lemah pada orang dengan diabetes juga membuat tubuh semakin sulit melawan virus yang menyerang, seperti virus SARS-CoV-2. Selain itu, virus juga diketahui dapat berkembang dalam lingkungan dengan kadar gula darah yang tinggi.
Namun, American Diabetes Association (ADA) mencatat, belum ada bukti yang cukup untuk menyebut pasien diabetes lebih berisiko terhadap Covid-19 dibandingkan populasi umum. Alih-alih demikian, ADA menyebut, masalah utama yang akan dihadapi orang dengan diabetes adalah risiko komplikasi yang lebih tinggi.
Selain itu, diabetes juga kerap diikuti dengan sejumlah kondisi kronis lainnya seperti penyakit jantung. Hal itu membuat mereka semakin berisiko mengalami komplikasi yang marah, bahkan hingga berujung kematian.
Namun, risiko tersebut akan menurun jika pasien diabetes dapat mengontrol kadar gula darahnya dengan baik selama masa pandemi ini.
Menurut dokter spesialis paru Erlina Burhan, orang dengan diabetes dikatakan komorbid tidak terkendali saat kadar gula darahnya di atas 200 (hasil pemeriksaan gula darah sewaktu). Ada pula pemeriksaan HbA1c (Hemoglobin A1c) yang dikatakan terkendali jika menunjukkan hasil di bawah 6,5.
Untuk mencegah perburukan gejala Covid-19 dengan tambahan komorbid, pastikan untuk segera mengendalikan komorbid yang dimiliki. Salah satu caranya dengan memperbaiki pola hidup, konsumsi obat-obatan teratur, dan pemeriksaan atau konsultasi rutin ke dokter.
"Segera vaksin. Waspada untuk gejala-gejala yang mengarah ke Omicron seperti nyeri tenggorokan, batuk, pilek, kadang demam," papar dokter spesialis paru Erlina Burhan dalam konferensi pers bersama PDPI, akhir Januari silam.
Selain diabetes, Dorce Gamalama juga sempat mengidap sakit batu ginjal pada 2019. Menurut keponakan Dorce yang bernama Mimi, Dorce Gamalama juga sering bolak-balik rumah sakit sejak pertengahan 2020 hingga 2021.
Pada Oktober 2021, Dorce juga sempat dilarikan ke rumah sakit usai tidak sadarkan diri karena mengalami penyakit hipoglikemia.
Dorce kembali dilarikan ke rumah sakit beberapa waktu terakhir sampai kemudian dilaporkan meninggal dunia hari ini karena Covid-19.
"Iya (meninggal) jam 07.00 lewat tadi pagi di RS Pertamina," kata Hetty Soendjaya selaku kerabat mengonfirmasi kabar tersebut seperti kepada CNNIndonesia.com, Rabu (16/2).
Dorce akan dimakamkan dengan protokol Covid-19 pada hari ini.
(tim)