World Sleep Day atau Hari Tidur Sedunia diperingati setiap 18 Maret. Tahun ini tema yang diusung adalah "Quality Sleep, Sound Mind, Happy World" (Tidur Berkualitas, Pikiran Sehat, Dunia Bahagia).
Dalam rangka memperingati Hari Tidur Sedunia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk tidak mengabaikan tidur karena tidur yang berkualitas adalah suatu investasi hidup sehat.
Pasalnya, tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi setiap makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina hingga berada dalam kondisi yang optimal. Namun, setiap orang pernah mengalami gangguan tidur semasa hidupnya.
Menurut data global, diperkirakan sekitar 30-40 persen orang saat ini mengalami gangguan tidur. Sementara di Indonesia, PDPI memperkirakan terdapat 7-55 persen dari jumlah penduduk di Indonesia mengalami gangguan tidur.
"Gangguan tidur berdampak pada produktivitas harian berupa rasa kantuk berlebih pada siang hari, sulit berkonsentrasi, mengingat atau menyimpan informasi, perubahan mood menjadi sering marah dan emosi tidak stabil," kata Andika Chandra Putra, dokter spesialis paru yang juga Ketua Pokja PDPI dalam acara webinar peringatan World Sleep Day, Jumat (18/3).
Lebih lanjut, Andika memaparkan gejala gangguan tidur yang sering dikeluhkan yaitu:
- tidur mendengkur
- sulit memulai untuk tidur
- sering terbangun pada malam hari
- bermimpi buruk
- mengompol
- serta keluhan berat berupa kesulitan bernapas ketika tidur.
Dia kemudian mengatakan bahwa terdapat dua komponen utama yang perlu diperhatikan dalam tidur yaitu kualitas tidur dan kuantitas tidur.
Kualitas tidur adalah ukuran seberapa baik tidur seseorang, yaitu tidur nyenyak yang memulihkan energi. Sedangkan kuantitas tidur mengukur berapa lama seseorang tertidur setiap malam.
Kualitas tidur mengacu pada penilaian secara subjektif tentang bagaimana perasaan seseorang tentang tidur yang diperoleh. Kualitas tidur lebih sulit untuk diukur daripada kuantitas tidur, tetapi tidak sepenuhnya bersifat subjektif.
"Apabila terjadi gangguan pada kedua komponen tersebut, maka akan menimbulkan dampak pada sistem memori dan konsentrasi sehingga dapat menurunkan produktivitas," tutur Andika.
Andika mengungkapkan bahwa mendengkur merupakan salah satu bentuk gangguan tidur yang paling sering terjadi.
Presepsi yang beredar pada masyarakat luas, mendengkur sering dianggap sebagai suatu tanda tidur nyenyak. Padahal, mendengkur adalah suatu gangguan penyempitan saluran napas saat tidur.
"Penyempitan ini menyebabkan aliran udara yang masuk dalam saluran pernapasan menjadi berkurang sehingga suplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh menjadi berkurang," katanya.
Di samping itu, mendengkur merupakan mekanisme awal terjadinya gangguan henti napas saat tidur (obstructive sleep apnea). Apa itu obstructive sleep apnea (OSA)?
Obstructive sleep apnea (OSA) merupakan kejadian berhentinya nafas lebih dari 10 detik yang terjadi secara berulang sepanjang seseorang tidur.
Obstructive sleep apnea sering terlambat terdiagnosa pada fase awal yang apabila tidak ditangani dapat menimbulkan berbagai komplikasi kardiovaskular, metabolik, neuroendokrin, hingga kematian mendadak saat tidur.
Andika menjelaskan bahwa OSA dapat terjadi pada seluruh rentang usia berdasarkan penyebabnya. Laki-laki usia menengah dikatakan paling banyak mengidap OSA.
Sementara pada anak, faktor terjadinya OSA disebabkan oleh pembesaran tonsil dan kelenjar adenoid atau amandel yang menghalangi masuknya udara dalam jalan napas.
Kelainan bawaan sejak lahir seperti pada ukuran rahang bawah yang mengecil, lidah yang besar atau terlalu panjang juga menjadi faktor OSA pada usia muda. Bentuk leher yang besar dan wanita menopause menjadi faktor risiko OSA.
"Pada umumnya, faktorpenyebab OSA adalah kegemukan/obesitas," tambah Andika.
Gangguan tidur yang muncul akibat OSA dapat berupa:
- rasa kantuk yang luar biasa
- letih
- lesu
- produktivitas menurun
- konsentrasi terganggu
- nyeri kepala
- gelisah
- tekanan darah tinggi
- disfungsi seksual
- depresi
- temperamental
- impotensi atau penurunan gairah
- sulit bernapas lewat hidung
- rasa tercekik saat bangun
Penyakit yang disebabkan oleh OSA di antaranya hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, diabetes mellitus, dislipidemia, dan kecelakaan lalu lintas.
(agn)