Kebiasaan nyekar setelah Ramadan bisa dilihat dari dua sisi, yakni sisi teks dan konteks. Dari sisi teks sendiri, kebiasaan mengenai ziarah kubur ditemukan di dalam sejumlah hadis yang diceritakan oleh para sahabat nabi.
"Ada memang istilahnya, membolehkan orang menziarahi kubur, itu secara teks ada hadis, ajarannya. Namun, sebenarnya dalam ziarah kubur yang dibolehkan tidak ada ketentuan, aturan [ziarah kubur dilakukan] jelang Ramadan, Lebaran. Kapan saja boleh," imbuhnya.
Dari hadis-hadis inilah, diungkap bahwa tujuan ziarah kubur antara lain mengingatkan peziarah akan kematian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, ziarah kubur jelang Ramadan juga bertujuan untuk menyucikan hati. Bulan puasa akan lebih baik jika disambut dengan hati yang suci.
"Ini [ziarah kubur] tujuannya untuk menyucikan diri bagi peziarah. Bulan Ramadan bulan yang suci, bulan dengan kesempatan untuk mendapatkan pahala," jelas Zulkifli.
Kendati demikian, Islam sendiri sebelumnya tak mengenal kebiasaan tabur bunga. Meski demikian, sejumlah ulama menyebutkan bahwa ziarah kubur akan lebih baik jika ada daun berwarna hijau yang diletakkan di makam.
Ajaran tersebut, lanjut Zulkifli, diasumsikan sebagai daun atau tanaman yang masih segar. Hal ini mengandung harapan bahwa orang yang dikubur di dalamnya bisa terlepas dari siksa kubur.
![]() |
"Ini barangkali bertransformasi jadi bentuk orang bawa bunga, air kendi, lalu disiramkan ke makam," imbuhnya.
Bunga sendiri secara umum melambangkan kehidupan yang sejahtera. Dalam ziarah kubur, bunga secara tidak langsung mengandung makna harapan akan kesejahteraan untuk mereka yang telah meninggal dunia di akhirat.
Sementara itu, jika dilihat dari kacamata sosial, kebiasaan ziarah kubur juga mampu meningkatkan ikatan antar-keluarga.
"Ikatan keluarga disadarkan kembali, kebersamaan juga, jadi ikatan keluarga lebih kuat," katanya.
(els/asr)