Meski tidak diwajibkan, ibu hamil (bumil) boleh berpuasa asal kondisi tubuh dan janin sehat. Berikut kondisi bumil yang tidak dianjurkan berpuasa.
Boy Abidin, dokter kandungan RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, menuturkan puasa Ramadan sebenarnya tetap memberikan jeda makan tetapi waktunya berbeda dengan jadwal makan sehari-hari.
Waktu yang berbeda ini bukan berarti muatan nutrisinya berbeda. Nutrisi harus tetap lengkap dan seimbang. Dia menyarankan, sebelum puasa bumil harus tahu kondisi diri dan berkonsultasi dengan dokter kandungan atau obgyn yang menangani.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada dengan Boy, Dokter spesialis kebidanan dan kandungan RS Pondok Indah, Zeissa Rectifa Wismayanti mengatakan bahwa ada sejumlah kondisi yang ibu hamil yang tidak dianjurkan untuk berpuasa.
Berikut kondisi ibu hamil yang tidak dianjurkan berpuasa.
Ibu hamil biasanya cek kandungan rutin via USG. Jika ditemukan pertumbuhan janin terhambat misal bayi kecil, kurang berat badan, maka bumil tidak disarankan berpuasa.
Ibu hamil akan disarankan untuk fokus pada perbaikan nutrisi demi menaikkan berat badan bayi normal sesuai usia kandungan.
Bumil kadang dalam kondisi memiliki penyakit penyerta. Boy memberikan contoh seperti hipertensi, diabetes, kelainan paru dan penyakit penyerta lain.
"Secara fisik, ibu perlu minum obat secara teratur, kalau dihentikan membahayakan kondisi fisik ibu," kata Boy saat dihubungi pada Rabu (6/4).
Kalau bumil berpuasa, tentu terapi obat bisa terganggu sehingga disarankan bumil tidak berpuasa.
Bumil dengan kondisi jumlah air ketuban sedikit atau oligohidramnion, tidak disarankan berpuasa. Boy berkata bumil didorong untuk mencukupi kebutuhan cairan paling tidak 2-3 liter per hari.
Namun puasa kadang membuat bumil kekurangan cairan sehingga berisiko makin menurunkan jumlah air ketuban hingga dehidrasi.
"Prinsipnya memang untuk berpuasa sebaiknya kondisi janin semua optimal. Kalau pas puasa enggak kuat, siang hari sakit kepala, pusing, berkunang-kunang, hingga pingsan, [baiknya setop]," imbuhnya.
Perasaan mual kerap muncul selama awal kehamilan. Pada kehamilan trimester pertama, ibu hamil sering mengalami mual secara berlebih atau yang biasa disebut hyperemesis gravidarum.
Pada kondisi tersebut, menurut Zeissa, ibu tidak dianjurkan untuk berpuasa. Masa awal kehamilan sangat penting bagi kehamilan karena organ janin mulai terbentuk pada masa tersebut.
Oleh karena itu, ibu hamil perlu memenuhi kebutuhan nutrisi dengan baik untuk menunjang perkembangan janin.
Turun atau rendahnya kadar hemoglobin dalam tubuh manusia merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi. Kadar hemoglobin yang rendah menunjukkan adanya risiko terjadinya anemia.
Ibu hamil dengan anemia membutuhkan asupan protein dan zat besi untuk mendukung tumbuh kembang janin secara optimal.
Ibu hamil yang diabetes disarankan untuk tidak berpuasa karena dapat meningkatkan risiko hipoglikemia atau turunnya kadar gula dalam darah.
Kondisi gula darah rendah sangat berdampak bagi pengidap diabetes jika harus menunggu waktu berbuka puasa. Hal ini juga berbahaya bagi kondisi kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
Saat mengalami flek atau pendarahan, ibu hamil sebaiknya tidak melanjutkan puasanya. Pendarahan yang semakin parah akan mengganggu perkembangan dan kesehatan janin.
Setiap orang termasuk ibu hamil, dapat mengalami masalah pencernaan seperti sakit perut, kembung, mulas, mual, sembelit atau diare.
Menurut laporan Verywell Family, gangguan pencernaan pada ibu hamil disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti hormon, pola makan, dan virus.
Gangguan pencernaan begitu juga berkurangnya cairan tubuh selama diare dapat menyebabkan dehidrasi. Kondisi ini bisa menimbulkan efek yang berbahaya bagi tubuh.
(els/agn)