Hipertensi atau darah tinggi dianggap sebagai penyakit yang hanya menyerang orang-orang berusia lanjut. Mereka yang masih muda pun jadi enggan cek tekanan darah.
Padahal, di zaman kiwari, usia penderita hipertensi justru semakin muda.
Rully M.A. Roesli, dokter spesialis penyakit dalam-konsultan ginjal dan hipertensi, mengatakan bahwa prevalensi hipertensi pada orang usia muda memang lebih rendah dibanding orang berusia lanjut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"[Namun] dari angka Riskesdas 2018, sejak usia 25 tahun, orang sudah kena hipertensi. Itu 15 persen yang kena. Pas tua, umur 75 tahun ke atas jumlahnya lebih tinggi," kata Rully dalam temu media bersama Tropicana Slim, Rabu (17/5).
Senada dengan Rully, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Erwinanto menyebut, kini penderita hipertensi memiliki usia yang jauh lebih muda.
Pada kegiatan May Measurement Month di 2017 dan 2018 oleh Indonesian Society Hypertension (InaSH), ditemukan rata-rata penderita hipertensi berusia 40 tahun.
"Ini ada sekitar 34-35 persen. Itu menunjukkan bahwa ada perubahan, dari dulunya [hipertensi] penyakit orang tua dan kini turun ke yang lebih muda karena lingkungan, kebiasaan, sikap hidup," kata Erwin.
Erwin menduga, peningkatan jumlah kasus dan usia penderita yang semakin muda disebabkan oleh faktor risiko yang turut meningkat.
Faktor risiko ini biasanya menjadi gaya hidup kalangan muda masa kini. Padahal, hipertensi dapat dicegah dengan intervensi gaya hidup.
![]() |
"Perubahan gaya hidup itu tidak hanya dengan makanan. Kurangi juga konsumsi alkohol. Kalau berat badan berlebih, dikurangi hingga mencapai indeks massa tubuh (BMI) 23," jelas Erwin.
Tak lupa, Erwin juga menyarankan masyarakat dari segala usia untuk olahraga teratur, setidaknya 30 menit dalam sehari.
Tak hanya usia penderita yang semakin muda, jumlah orang dengan hipertensi juga dilihat semakin meningkat. Padahal, hipertensi jadi salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular dan beberapa kondisi kronis lainnya.
Rully menduga, meningkatnya pengidap hipertensi disebabkan salah satunya oleh faktor tingkat pendidikan dan minimnya informasi mengenai hipertensi yang menyasar masyarakat.
Rully mengatakan, sebaran informasi lewat brosur, unggahan di media sosial atau sosialisasi kurang bisa ditangkap dengan baik.
"Cuek itu juga. Orang tahu [penyebab hipertensi misalnya] makan tinggi garam, itu tahu, tapi cuek aja. Sebenarnya itu yang paling bahaya," imbuhnya.
(els/asr)