Renungan Harian Katolik 7 Juni 2022: Jadilah Garam dan Terang Dunia

CNN Indonesia
Selasa, 07 Jun 2022 04:38 WIB
Setiap umat Tuhan memiliki sesuatu dalam dirinya sebagai perpanjangan tangan Tuhan sekaligus saluran berkat buat sesamanya. (iStockphoto/myriamsm90)
Jakarta, CNN Indonesia --

Selasa, 7 Juni 2022 dalam kalender liturgi merupakan hari biasa dengan warna liturgi hijau.

Dalam renungan harian Katolik hari ini Tuhan tidak muluk-muluk meminta Anda jadi pejabat berkedudukan tinggi, pemimpin suatu kelompok berskala nasional atau seorang serba bisa penuh talenta.

Setiap umat Tuhan memiliki sesuatu dalam dirinya sebagai perpanjangan tangan Tuhan sekaligus saluran berkat buat sesamanya. Anda ditantang buat jadi garam yang asin dan terang yang berdampak buat sekitar lewat apa yang Anda miliki.

Bacaan I

1 Raja-raja 17:7-16

Pada waktu itu Sungai Kerit menjadi kering, sebab hujan tiada turun-turun di negeri itu. Maka datanglah sabda Tuhan kepada Elia, "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana.

Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan." Maka Elia pun bersiap-siap, lalu pergi ke Sarfat. Ketika ia tiba di dekat gerbang kota, tampaklah seorang janda sedang mengumpulkan kayu api.

Elia berseru kepada perempuan tu, "Cobalah, ambilkan daku sedikit air dalam kendi untuk kuminum." Ketika wanita itu pergi mengambil air, Elia berseru lagi, "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti."

Wanita itu menjawab, "Demi Tuhan Allahmu yang hidup, sesungguhnya tiada roti padaku sedikit pun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli.

Sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, sebentar lagi aku mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati."

Tetapi Elia berkata kepadanya, "Janganlah takut, pulanglah, dan buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku; kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.

Sebab beginilah sabda Tuhan Allah Israel, "Tepung dalam tempayan itu takkan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun takkan berkurang sampai tiba waktunya Tuhan menurunkan hujan ke atas muka bumi."

Maka pergilah wanita itu, berbuat seperti yang dikatakan oleh Elia. Maka Elia, wanita itu dan anaknya mendapat makan beberapa waktu lamanya.

Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang sesuai dengan sabda Tuhan yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.

Demikianlah Sabda Tuhan
U: Syukur kepada Allah.

Injil

Matius 5:13-16

Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda: "Kalian ini garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah dapat diasinkan? Tiada gunanya lagi selain dibuang dan diinjak-injak orang.

Kali ini cahaya dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.

Demikianlah hendaknya cahayamu bersinar di depan orang, agar mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuliakan Bapamu di surga."

Demikianlah Sabda Tuhan
U: Terpujilah Kristus.

Renungan harian Katolik hari ini

Sedikit garam saja, masakan bisa begitu lezat dan nikmat disantap. Namun saat terlalu banyak, langsung putar otak untuk mengurangi rasa asinnya.

Sulit dibayangkan saat garam alias natrium kehilangan rasa asin. Dalam Injil Matius, Yesus mengumpamakan dengan "Tiada gunanya lagi selain dibuang dan diinjak-injak orang."

Setiap orang adalah istimewa dengan segala karunia yang Tuhan berikan. Tuhan begitu baik sehingga manusia dibebaskan menggunakan atau mengembangkan apa yang dimilikinya.

Pilihan sepenuhnya ada di tangan Anda, mau jadi garam yang asin atau garam tawar? Mau jadi terang dan diletakkan di bawah gantang atau di atas kaki dian?

Setiap kita punya kontribusi berbeda di lingkungan tempat tinggal, lingkungan kerja dan di mana pun kita berada. Kontribusi tidak harus berupa hal-hal besar semisal jadi ketua lingkungan atau aktivis gereja. Anda juga tidak harus punya jabatan baik di kantor dulu, baru bisa memberikan kontribusi.

Tidak ada satu pun bunyi di Kitab Suci yang memerintahkan Anda untuk menempati posisi-posisi strategis dulu baru bisa berbuat sesuatu.

Pun porsi garam di sepanci sayur tidak banyak. Terlalu banyak garam malah bikin masakan tidak enak dan memicu masalah kesehatan.

Di lingkungan pertemanan atau keluarga misal, cukup memberikan kontribusi sebagai pendengar saja, itu sudah merupakan kontribusi yang baik di tengah dunia yang maunya didengarkan saja. Orang tidak selalu butuh solusi dalam tiap keluhan atau cerita, tetapi telinga yang terbuka, mendengarkan dengan tulus dan tanpa penghakiman.

Tengok saja apa yang dilakukan seorang janda dalam bacaan pertama. Dengan kerendahan hati ia mau mengikuti apa yang dikatakan Nabi Elia. Ternyata kerendahan dan ketulusan hatinya membuahkan buah melimpah dan manis.

"Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang sesuai dengan sabda Tuhan yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia."

Bayangkan, sekecil apa pun kontribusi kita buat lingkungan dan sesama, tuaikan yang diperoleh bisa begitu berlimpah.

(els/chs)


Saksikan Video di Bawah Ini:

VIDEO: Paus Fransiskus di Mata Umat Katolik

KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK