Cegah Pelecehan Seksual,Jangan Ganti Nama Alat Kelamin dengan 'Burung'
Perburuan Polda DIY dimulai usai berhasil mengungkap dugaan kasus eksibisionisme oleh FAS (27), warga Klaten, Jawa Tengah, terhadap empat anak masing-masing berusia 10 tahun.
Keempatnya masih duduk di bangku SD dan tiga dari mereka mengenyam pendidikan di sekolah yang sama, daerah Argosari, Bantul.
Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirreskrimsus) Polda DIY Kombes Pol Roberto Pasaribu menyebut pelaku melakukan aksinya dengan cara melakukan panggilan video terhadap korban dan memamerkan alat kelaminnya.
Peristiwa ini terungkap usai orangtua dan guru dari tiga korban di satu sekolah melapor ke Bhabinkamtibmas di Desa Argosari 21 Juni lalu.
"Setelah dia mendapatkan target korban langkah yang dilakukan oleh pelaku, adalah mengaku sebagai teman sebaya atau kakak kelas. Ini istilah yang kita katakan dalam kejahatan pornografi anak atau kejahatan terhadap anak dengan istilah grooming. Artinya bagaimana dia membuat target menjadi nyaman, bisa berhubungan," paparnya.
Menyikapi hal ini, orangtua harus paham bahwa anak-anak juga sudah harus diajari untuk waspada saat memakai ponsel.
Tak dimungkiri, di masa sekarang ini, orangtua banyak bergantung pada ponsel untuk menenangkan anak-anaknya agar tak tantrum. Anak-anak sering dibiarkan untuk bermain dengan ponselnya sendiri dan orangtua fokus pada pekerjaannya.
Bak pisau bermata dua, teknologi juga menjadi tempat maraknya pelecehan seksual secara online. Ini akan jadi bahaya jika orangtua tak tahu apa yang terjadi pada anak dan gawainya, ditambah saat mereka tak diberi pengetahuan dasar soal edukasi seksual.
Pelecehan seksual bisa dicegah saat anak mengenal dirinya, privasinya serta batasan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan orang lain terhadap dirinya. Pendidikan seksualitas sebaiknya dilakukan sejak dini.
Selain itu, memberikan informasi buat anak juga perlu menggunakan istilah yang tepat agar anak paham. Orangtua seringkali menggunakan istilah burung sebagai pengganti penis atau vagina. Biasanya kata yang sering diganti adalah penis sebagai pengganti burung.
Padahal penis merupakan istilah yang benar dan dipakai di bahan pembelajaran lain.
Sembari perlahan mengenalkan anggota tubuh dan fungsinya, beritahu pula batasan-batasan yang harus diketahui anak. Batasan ini terkait siapa saja yang boleh menyentuh anggota tubuh tertentu.