7 Negara Ini Targetkan Turis Berkantong Tebal, Backpacker Minggir Dulu

CNN Indonesia
Sabtu, 03 Sep 2022 11:39 WIB
Sejumlah negara di dunia menargetkan mendapat keuntungan besar dari pariwisata mereka dengan kedatangan turis-turis asing kaya raya.
Pemandangan indah di Fiji. (iStockphoto/tobiasjo)

4. Kepulauan Cayman

Kepulauan yang terletak di seberang laut Britania Laut ini sudah lama menjadi surga bagi para pelancong mewah. Kini mereka berusaha untuk mengamankan citra kelas atas bahkan selama pandemi.

Pada tahun 2020, Global Citizen Concierge Program (GCCP) memberikan kesempatan bagi pekerja jarak jauh untuk menjadikan kepulauan ini sebagai rumah bagi mereka yang berpenghasilan lebih dari U$100.000 atau sekitar Rp1,5 Miliar per tahun.

Mereka dapat mengajukan permohonan visa dua tahun dengan biaya tahunan sebesar US$1,469 atau sekitar Rp21,5 juta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari situs web pariwisata resmi negara itu juga mengundang para profesional dan nomaden digital untuk bisa menikmati kehidupan di tempat terpencil dengan segala kemewahan, petualangan, budaya dan keindahan Kepulauan Cayman.

5. Monstserrat

Jika ingin tinggal di pulau pegunungan Karibia Monstserrat ini, Anda harus memiliki penghasilan di atas US$70.000 atau Rp1 Miliyar pertahun.

Program Remote Work Stamp yang diluncurkan Februari 2021 silam mengundang nomaden digital berpenghasilan tinggi untuk bekerja dari jarak jauh dan aman di lokasi yang eksotis.

6. Selandia Baru

The Auckland Harbour Bridge with the CBD in the background, cast in golden light by the late setting sun.Pemandangan Jembatan Auckland di Selandia Baru. (Foto: iStockphoto/kokkai)

Skeman pemulihan pariwisata pasca pandemi Selandia Baru menargetkan orang-orang dengan kekayaan bersih tinggi.

"Ini bukan orang-orang yang akan tidur di dalam van kemping dan berkeliling negara kita dengan US$10 (sekitar Rp150 ribu) sehari dengan memakan mie," kata Menteri Pariwisata Stuart Nash saat menghadiri konferensi Dewan Ekspor Pariwisata Selandia Baru pada Agustus kemarin.

Sebaliknya, ia ingin menarik pengunjung yang menghabiskan lebih banyak uang dan mau tinggal sedikit lebih lama.

Selandia Baru akhirnya membuka kembali pembatasannya pada Agustus kemarin. Dengan rencana untuk mengelola industri pariwisata dengan lebih baik dengan menghindari kepadatan penduduk dan meningkatkan keberlanjutan.

7. Thailand

Industri pariwisata Thailand berangsur-angsur pulih setelah dihantam pandemi Covid-19. Pembatasan ini menguji kesediaan pengunjung untuk membayar skema karantina yang mahal.

Citranya yang dikenal sebagai negara yang ramah backpacker ini mulai beralih, pemerintah telah meminta pihak hotel dan bisnis untuk menahan diri dari memikat wisatawan dengan diskon yang besar.

"Kami tidak bisa membiarkan orang datang ke Thailand dan mengatakan karena murah," kata Wakil Perdana Menteri Anutin Charnvirakul di sebuah acara pariwisata pada Juli 2022.

Sebaliknya, ia menyarankan negara itu harus fokus untuk meingkatkan nilanya sebagai tempat wisata premium.

Negara Gajah Putih berharap dapat memikat nomaden digital berpenghasilan tinggi dengan visa 'bekerja dari Thailand'. Kesempatan ini hanya terbuka bagi mereka yang berpenghasilan lebih dari US80.000 atau sekitar Rp1,2 miliyar per tahun.

(auz/wiw)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER