Terapi inhalasi hidrogen tengah jadi perbincangan di beberapa kalangan. Hal ini bermula dari video viral yang memperlihatkan sekelompok ibu-ibu tengah melakukan terapi inhalasi hidrogen.
Dalam video disebutkan bahwa emak-emak tersebut tengah melakukan terapi inhalasi hidrogen yang diyakini ampuh menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Lantas, apa benar terapi inhalasi hidrogen ini bisa menyembuhkan berbagai penyakit?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dokter spesialis paru-paru dari RSUP Persahabatan Budhi Antariksa menyebut bahwa belum ada bukti yang memastikan manfaat terapi hidrogen untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Beberapa penelitian bahkan mengatakan bahwa terapi ini tak memiliki efek apa pun untuk kesehatan.
"Secara ilmiah tidak ada bukti bisa menyembuhkan berbagai penyakit," kata Budhi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (5/9) malam.
Alih-alih manfaat kesehatan, justru efek samping yang cukup berbahaya bisa dialami akibat terapi ini. Kata Budhi, efek samping yang paling berbahaya adalah luka pada paru.
"Efek samping yang paling parah itu perlukaan [luka pada] paru akibat menghirup hidrogen," katanya.
Perlukaan paru, kata Budhi, merujuk pada berbagai masalah kesehatan seperti pneumonia, hemothorax, pneumothorax, efusi pleura, dan masalah paru lainnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh dokter spesialis paru Erlang Samoedro. Hingga saat ini belum bisa dipastikan apa manfaat sebenarnya dari terapi ini.
Bahkan, kata Erlang, tidak ada anjuran medis apa pun agar seseorang melakukan terapi inhalasi hidrogen guna menyembuhkan penyakit tertentu.
"Tidak ada temuan ilmiah yang menyatakan bisa menyembuhkan. Ini juga sifatnya terapi. Ya, silakan kalau mau coba, tapi disarankan juga jangan berlebihan. Coba boleh, tidak dicoba juga bagus," katanya.
Sebelumnya, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam NCBI dengan judul "Recent Progress Toward Hydrogen Medicine: Potential of Molecular Hydrogen for Preventive and Therapeutic Applications" menyebut, gas hidrogen kemungkinan cocok untuk melawan stres oksidatif akut. Stres oksidatif sendiri dikenal sebagai salah satu faktor utama pemicu berbagai penyakit kronis.
Secara khusus, menghirup gas juga tidak memengaruhi tekanan darah dan bisa menjadi metode terapi langsung. Penelitian itu menyebutkan bahwa gas hidrogen dapat dihirup dengan mengalirkan gas melalui sirkuit ventilator, sungkup muka atau kanula hidung.
Gas hidrogen juga tidak menimbulkan risiko ledakan selama konsentrasinya tetap terjaga sekitar kurang dari empat persen. Namun, penggunaannya harus tetap dipantau dan alat yang digunakan juga harus sesuai dengan anjuran medis.
(tst/asr)