Fakta Unik Lie Detector Putri Candrawathi, Bisakah Ungkap Kebohongan?
Hasil tes poligraf atau lie detector Putri Candrawathi, tersangka pembunuhan Brigadir J dan saksi Susi, ART Irjen Ferdy Sambo, memiliki hasil sama.
Apa alat ini benar-benar mampu mengungkapkan kebohongan seseorang? Simak fakta-faktanya.
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengungkapkan hasil tes Putri dan Susi sama. Namun pihaknya enggan membeberkan hasilnya dengan detail.
"Pro Justitia itu untuk keperluan penyidik, artinya untuk penyidik saja. Kalau penyidik mau sampaikan saat persidangan sebagai alat bukti penunjuk atau keterangan ahli," tutur Dedi saat dikonfirmasi pada Kamis (8/9).
Anda tentu membayangkan lie detector merupakan alat seperti yang ditampilkan dalam serial atau film bernuansa kriminal atau detektif. Namun ada fakta-fakta menarik seputar lie detector yang perlu Anda ketahui.
Lihat Juga : |
1. Mengecek dan menganalisis respons fisiologis
Lawrence Farwell, kepala ilmuwan di Brain Fingerprinting Laboratories, Inc., membahas lie detector atau lie detection dalam salah satu bab di buku 'Encyclopedia of Forensic Sciences'.
Lie detector Putri Candrawathi berdasar pada teori bahwa berbohong menghasilkan emosi tertentu atau respons fisiologis yang terukur.
2. Lie detector adalah istilah yang kurang tepat
American Psychological Association (APA) menyebut istilah lie detector yang disematkan pada tes poligraf sebenarnya kurang tepat. 'Lie detector' tidak semudah menempelkan suatu alat di tubuh dan kebohongan akan terdeteksi.
Tes poligraf akan menganalisis respons fisiologis terhadap serangkaian pertanyaan terstruktur tetapi tidak standar. Tes poligraf akan melibatkan perekam fisiologis yang menilai indikator gairah otonom yakni detak jantung/tekanan darah, pernapasan dan konduktivitas kulit.
Petugas akan melakukan wawancara dengan teknik bertanya tertentu. Namun biasanya akan dilakukan tes simulasi untuk memastikan subjek memahami pertanyaan.
3. Tidak 100 persen akurat
Satu hal yang dipertanyakan banyak orang yakni, apa memang hasil lie detector Putri Candrawathi akurat? American Polygraph Association dengan anggota sebagian besar merupakan penguji poligraf memperkirakan keakuratan poligraf kira-kira 87 persen.
Hal ini berarti, sebanyak 87 dari 100 kasus yang melalui tes poligraf mampu memberikan hasil akurat apa seseorang berbohong atau berkata jujur.
Akan tetapi, profesor Psikologi di Texas Woman's University Christian L. Hart mengingatkan masih ada peluang kegagalan sebesar 13 persen. Ada sejumlah kasus di mana hasil tes poligraf tidak bisa diandalkan. Pada 1994, FBI menangkap Aldrich Ames, seorang pegawai CIA selama 31 tahun.
Ia rupanya mata-mata Rusia yang menyamar. Ia dua kali lolos tes lie detector oleh CIA.
"Ketika ditanya bagaimana dia lulus tes poligraf, Ames mengatakan bahwa dia mengikuti saran dari pawang Rusia-nya. Mereka bilang, 'Tenang saja, jangan khawatir, kamu tidak perlu takut'.
Rusia tahu kalau poligraf itu cacat. Mereka tahu bahwa itu hanya akurat jika peserta ujian khawatir dan cemas. Kalau Ames santai, dia akan lulus," tulis Hart di Psychology Today.
(els/chs)