JAKARTA - Aritmia merupakan salah satu gangguan atau penyakit jantung yang ditandai oleh detak jantung tidak teratur. Aritmia terjadi saat sinyal impuls listrik yang mengkoordinasikan detak jantung tak bekerja dengan baik.
Detak jantung yang tidak teratur akan terasa seperti jantung yang berdebar kencang. Aritmia terdiri dari beberapa kategori, antara lain detak jantung lambat (bradikardia), detak jantung cepat (takikardia), detak jantung tidak teratur (fibrilasi), dan detak jantung dini.
Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Aritmia dan Intervensi dari Mayapada Hospital Surabaya dr. Rerdin Julario, SpJP (K) mengatakan, sejumlah faktor menjadi penyebab penyakit ini muncul.
"Yang paling sering adalah kelainan jantung coroner. Selain itu ada penyebab lain, gangguan metabolisme, elektrolit, kemudian kelainan genetik atau bawaan, itu sering memunculkan gejala aritmia," kata dr. Rerdin, Senin (29/8).
Menurut dr. Rerdin, aritmia fibrilasi atau detak jantung tidak teratur paling kompleks ditangani. Sebab, penanganan aritmia jenis ini harus menggunakan alat yang sudah tiga dimensi. Saat ini, alat tersebut baru ada di beberapa rumah sakit.
"Kalau aritmia fibrilas penanganannya harus 3 dimensi. Karena tingkat keakuratannya lebih tinggi, detail kelainan aritmia akan terlihat lebih tinggi. Meski lebih kompleks dengan 3 dimensi bisa menangani aritmia fibrilas ini dan dengan 3 dimensi bisa lebih dipermudah," ujar dr. Rerdin.
Gangguan aritmia, kata dr. Rerdin, memang cukup beragam namun masih banyak masyarakat yang menyepelekan hal ini. Padahal masyarakat bisa melakukan deteksi dini secara mandiri untuk menentukan adanya gejala penyakit tersebut.
"Jadi caranya cukup simpel, yaitu bisa meraba nadi sendiri (Menari), kita bisa tahu jantung kita teratur atau tidak, ada kelainan atau tidak," kata dr. Rerdin.
Bagi masyarakat yang masih ragu dan ingin mendapatkan hasil akurat bisa melakukan konsultasi dan pemeriksaan ke dokter spesialis jantung di rumah sakit yang punya fasilitas memadai. Sebab, ada beberapa kasus aritmia yang memerlukan pemeriksaan lanjutan.
Sebab, meski tidak terlalu berbahaya, namun pada kondisi tertentu, aritmia bisa menimbulkan komplikasi yang lebih parah. Di mana seseorang bisa tak sadarkan diri atau pingsan saat penyakit ini muncul.
"Melakukan rekam jantung dalam hal ini EKG atau ESG. Jadi itu bisa menilai kelainan aritmia atau tidak," kata dr. Rerdin.
Pemeriksaan awal ini untuk menentukan langkah berikutnya. "Kalau perlu pemeriksaan lanjutan kita lakukan yang namanya holter monitoring itu sama persis sepersi ESG. Dari situ kita lihat selama 24 jam aritmia banyak tidak, kalau banyak lebih dari 10 persen, kita lakukan tindakan invasif non bedah," kata dr. Rerdin.
Sebelum menentukan tindakan, dokter juga akan melihat apakah diperlukan langkah elektro visiologis (EVS). Tindakan ini untuk menentukan berat tidaknya gejala yang dialami pasien. "Kalau berat kita lakukan ablasi. kita bisa koreksi kita kendalikan dengan ablasi jantung," ujar dr. Rerdin.
Berdasarkan data, angka keberhasilan tindakan ablasi sangat tinggi. "Ablasi jantung cukup simpel, bius lokal kemudian kalau tidak ada masalah satu hari bisa pulang. tindakan ablasi tidak perlu dengan obat-obatan sama sekali untuk mengurangi aritmia," kata dr. Rerdin.
Guna memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mengatasi masalah ini, Mayapada Hospital Surabaya menyediakan fasilitas dan teknologi yang lengkap. Dengan begitu, masyarakat tak perlu repot-repot ke luar negeri untuk mengatasi masalah ini.
"Di Mayapada lengkap mulai dari diagnosis, ESG, sampai tindakan yang paling advance. Untuk Aritmia sendiri ada banyak pengobatan dan yang paling terakhir di Ablasi, dan kita sudah mampu dan bisa melakukan itu dengan hasil yang bagus," kata dokter Ira dari Mayapada Hospital Surabaya.
"Jadi masyarakat harus tahu ada sesuatu, kami rumah sakit menyiapkan fasilitas untuk mendeteksi itu, dari mulai sederhana sampai kepada tindakan ablasi itu tersedia," ujar dr. Ira.
Bahkan, lanjut dia, Mayapada Hospital Surabaya merupakan rumah sakit pertama yang punya alat dalam mendukung tindakan ablasi. Dengan alat yang mumpuni bisa dipastikan tindakan ablasi akan berjalan dengan baik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk ablasi ini first time untuk masyarakat Surabaya, jadi mungkin juga untuk yang di Jawa Timur tidak banyak RS yang bisa melakukan tindakan ablasi. Mayapada meski baru berdiri pada November tahun lalu, tapi kita sudah memberikan pelayanan ke masyarakat makin hari makin baik dan makin sempurna, melengkapi semua kebutuhan masyarakat," kata dr. Ira.
Untuk itu, bagi masyarakat Surabaya yang mengalami gejala artemia dia menyarankan segera melakukan pemeriksaan ke rumah sakit. "Karena sesuatu yang tidak normal seperti biasanya dan itu yang harus diperiksakan ke dokter," ujar dr. Ira.
Bagi masyarakat yang ingin ke Mayapada Hospital Surabaya tidak perlu ragu. Karena rumah sakit ini menyediakan layanan komprehensif kegawatdaruratan 24 jam 7 hari, yang terdiri dari Trauma Center, Cardiac Emergency, dan Stroke Emergency.
Trauma Center memiliki tim komprehensif yang cepat dan sigap serta berkomitmen dalam menangani pasien dengan berbagai kasus cedera yang membutuhkan tindakan cepat.
Cardiac Emergency menyediakan layanan bagi pasien dengan serangan jantung, di mana dokter spesialis jantung intervensi dan lab kateterisasi siaga 24 jam untuk tindakan kateterisasi jantung dan Primary Percutaneous Coronary Intervention serta dokter spesialis bedah jantung yang mampu melakukan operasi bedah jantung dengan sayatan minimal (minimal invasif).
Selain itu, Stroke Emergency juga didukung oleh dokter spesialis saraf dan bedah saraf yang siap menangani pasien stroke akibat sumbatan maupun perdarahan dengan terapi trombolitik, intervensi, hingga operasi.