Terapi inhalasi hidrogen yang kini tengah viral disebut baik untuk kesehatan.
Baru-baru ini sekelompok emak-emak juga tampak melakukan terapi inhalasi hidrogen. Kegiatan mereka itu diketahui dalam sebuah video yang kemudian ramai dibicarakan jagat maya.
Terapi itu pun disebut bermanfaat untuk kesehatan, ada 100 lebih penyakit yang diklaim bisa sembuh dengan melakukan terapi inhalasi hidrogen itu. Lantas, kapan dan siapa saja yang boleh melakukan terapi ini?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dokter spesialis paru Erlang Samoedro menyebut belum ada protokol yang memastikan siapa saja atau kapan seseorang boleh melakukan terapi inhalasi oksigen. Namun dia tidak melarang jika seseorang memang ingin melakukan terapi ini.
"Karena sifatnya juga sebagai terapi yah, ini kan hanya terapi tambahan. Ya dikasih boleh, tidak dikasih juga ya tidak apa-apa," kata Erlang saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (5/9).
Lebih lanjut Erlang menyebut klaim soal terapi inhalasi yang bisa menyembuhkan ratusan penyakit juga belum bisa terbukti. Selama ini penelitian juga belum bisa memastikan soal kemampuan inhalasi hidrogen untuk menyembuhkan penyakit pada manusia.
"Sejauh ini ya belum ada (kemampuan untuk obati penyakit) karena sifatnya ya memang untuk terapi, dia kan cuma sebagai antioksidan dan anti peradangan," kata Erlang.
Walau begitu Erlang mengingatkan penggunaan inhalasi hidrogen ini juga tidak bisa sembarangan. Sebab jika salah bisa menyebabkan efek samping berupa perlukaan pada paru dan kekurangan oksigen di tubuh.
Lihat Juga : |
"Ingat ya, inhalasi ini sebagai terapi tambahan saja bukan terapi utama. Jadi dia bukan menyembuhkan tapi hanya untuk tambahan saja dan harus hati-hati," jelasnya.
Sementara itu, sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2011 lalu di NCBI menemukan terapi inhalasi hidrogen ini bisa melawan stres oksidatif akut.
Dalam penelitian berjudul Recent Progress Toward Hydrogen Medicine: Potential of Molecular Hydrogen for Preventive and Therapeutic Applications mengatakan menghirup gas tidak mempengaruhi tekanan darah dan bisa menjadi metode terapi langsung.
Dalam keterangannya, para peneliti di penelitian itu mengatakan gas hidrogen juga tidak menimbulkan risiko ledakan selama konsentrasinya tetap terjaga dan ada kurang dari empat persen. Namun penggunaanya harus tetap dipantau bahkan alat yang digunakan juga harus sesuai dengan anjuran medis.
(tst/chs)